URAIAN PEKERJAAN UTAMA
Dalam Rehabilitasi Jembatan ini yang
termasuk dalam Item Pekerjaan Utama antara lain :
Dibawah ini akan dijabarkan lebih luas pengertian tentang
item pekerjaan utama diatas serta digambarkan bagaiman cara pengerjaan serta
penggunaam alat dan lama waktu pelaksanaan pada paket tersebut.
I.
PEKERJAAN
PERSIAPAN
1.
Penyusunan
Rencana Mutu Kontrak (RMK)
Penyedia Jasa
mempersiapkan RMK yang merupakan salah satu dokumen pelaporan memuat
diantaranya informasi kegiatan, sasaran mutu kegiatan, tugas dan wewenang,
pembagian personil, dan struktur organisasi, untuk menyelesaikan pekerjaan agar
dicapai hasil yang tepat mutu, tepat waktu dan tepat guna tanpa adanya dampak
lingkungan selama proses penyelesaian pekerjaan.
2.
Pemberitahuan
Mulai Pelaksanaan Pekerjaan
Setelah Penyedia Jasa
menerima Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dilanjutkan dengan menyampaikan
Surat Pemberitahuan akan dimulainya pelaksanaan pekerjaan kepada Kuasa Pengguna
Anggaran, Staf Teknik / Pengawas dan
Instansi yang terkait, serta Kepala Desa setempat, Camat, Sektor Kepolisian dan
Polres.
3.
Sosialisasi Rencana Pelaksanaan Pekerjaan
Sebelum memulai kegiatan di lapangan sebaiknya
dilaksanakan sosialisasi dengan mengundang tokoh masyarakat, Muspika, Instansi
terkait, Direksi, Pengawas dan Kepala desa, dengan tujuan antara lain :
a. Agar masyarakat mengetahui akan adanya kegiatan
pelaksanaan pekerjaan tersebut.
b. Ijin Lokasi kepada Instansi yang terkait dengan
terganggunya lalu lintas selama pekerjaan berlangsung dan masyarakat pengguna
jalan dapat memakluminya serta kesanggupan untuk mengembalikan sesuai kondisi
semula.
c. Menampung saran – saran dari masyarakat dan Kepala desa
setempat baik mengenai letak/lokasi pekerjaan dan batas tanah yang kena
bangunan tersebut terutama mengenai kelancaran dan keamanan selama pekerjaan
berlangsung agar bisa selesai tepat waktu.
4.
Pre Construction Meeting
Rapat Persiapan Pelaksanaan Kegiatan ini dilakukan untuk
menyamakan pemahaman dan persepsi tentang dokumen kontrak dan Syarat-Syarat
Khusus Kontrak serta Spesifikasi yang ada , dalam PCM hal – hal yang dibahas
antara lain : Program Mutu, Organisasi Kerja, Tata Cara Pengaturan Kerja,
Jadwal Pelaksanaan dan lainya.
5.
Pengukuran dan MC – 0 %
serta Dokumentasi
Pengukuran Ulang Lapangan di awal suatu pekerjaan untuk
memastikan berapa besar perubahan yang terjadi akibat pelaksanaan dari
perencanaan yang ada. Suatu perencanaan masih mengandung galat. Pelaksana
Pekerjaan, Direksi Lapangan, dan Konsultan Pengawas harus memastikan lagi
legalitas kepastian pekerjaan. Pengukuran ulang ini menghasilkan Laporan
MC-0 yang dilampiri Gambar Rencana Pelaksanaan Kerja, Kurva S, Foto Pekerjaan
0%, dan Lampiran-lampiran yang diperlukan. Semua dokumen yang dihasilkan dalam
Pengukuran Ulang ini wajib disetujui oleh para pihak.
Besarnya perubahan yang ditemukan dibuatkan Dokumen
Perubahan. Dokumen perubahan bisa berbentuk Dokumen Tambah Kurang (Change
Contract Order) atau Dokumen Tambahan (Addendum). Hal ini tergantung
mazab yang digunakan di suatu satuan kerja. Selain itu, terkadang Dokumen
Perubahan ini bisa berbentuk serial sepanjang pekerjaan dilaksanakan, sehingga
tim yang diusulkan dalam Dokumen Perubahan ini pun disesuaikan dengan tingkat
perubahan yang dialami. Semakin berat tingkat perubahan, maka Tim yang
diusulkan (dibentuk) semakin lengkap dan lintas sektoral. Jika perubahan hanya
kecil, maka Tim yang dibentuk cukup sesuai dengan yang ada di Dokumen Kontrak.
Jika perubahan yang ditemukan besar bahkan berpengaruh terhadap pasal-pasal
dalam Kontrak, maka harus melibatkan Bidang Hukum, Perencanaan, dan lain-lain.
Selain itu, dokumen perubahan yang besar, diperlukan Justifikasi Teknis dan Tim
Negosiasi Harga. Dokumen Perubahan tidak akan dibahas pada kesempatan ini,
karena terdapat berbagai pendapat tentang dokumen perubahan (tambah-kurang)
sesuai jenis kontrak, tingkat perubahan, dan kepentingan pekerjaan.
6.
Pembuatan Kantor Lapangan dan Barak Kerja
Pembangunan Kantor Lapangan dibuat sedekat mungkin dengan
lokasi pekerjaan yang strategis dan dalam posisi yang aman dari lokasi
pekerjaan atau sesuai petunjuk PPTK dan Direksi Lapangan/Pengawas lapangan guna
mempermudah komunikasi serta pengawasan jalannya pelaksanaan pekerjaan.
Fasilitas yang
tersedia dalam Kantor Lapangan/Direksi keet antara lain :
- 1 Stel Meja
Kursi
- 1 Meja tulis, kursi dan 1 almari
-
Buku Tamu
-
Buku Direksi
-
Buku Harian
-
Buku Ijin Pasang
-
Jadwal waktu pelaksanaan
(Time Schedulle)
-
Gambar Rencana
-
Gambar Kerja
-
Perhitungan MC 0 %
-
Foto 0 %
-
Kotak Obat
-
Papan Nama Proyek /
Papan Informasi.
Dan untuk Barak Kerja dibuat dapat dimanfaatkan untuk
menyimpan matrial, Alat – Alat Kerja.
7.
Mobilisasi
Personil, Peralatan dan Bahan
Ø Mobilitas
Sumber daya Personil Inti :
Pengadaan tenaga kerja sebisa mungkin menggunakan tenaga
kerja setempat dengan harapan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat setempat. khusus untuk tukang
dan kepala tukang inti dan tenaga ahli mendatangkan yang telah berpengalaman
dalam bidangnya agar pekerjaan berjalan sesuai dengan sasaran mutu, tepat waktu
dengan kuantitas sesuai dengan spesifikasi teknis yang ada,
Di
bawah ini personil inti yang akan kami ajukan :
Ø Mobilitas
Sumber daya Peralatan Utama :
·
Dump
Truck :
5 M3 Jumlah : 1
·
Concrete
Mixer : 0,3 M3 Jumlah : 1
·
Concrete
Vibrator : - Jumlah : 1
Ø Mobilitas
Sumber daya Bahan / Material :
Pada
mobilisasi bahan material, Kontraktor harus menyediakan bahan atau material
sesuai dengan kebutuhan di lapangan tanpa mengalami keterlambatan.Kontraktor
juga harus memperhitungkan dan merencanakan akses jalanmasuk, serta tetap
menjaga kelancaran lalu lintas sekitar proyek, dan keamanan proyek.Dropping
material ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau dalam pelaksanaanpekerjaan,
dalam pekerjaan ini material juga dilangsir menuju masing- masing
itempekerjaan.
8. Manajemen Dan
Keselamatan Lalu Lintas
Dalam melaksanakan pekerjaan Peningkatan
Jalan setiap tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan mulai dari awal.
Pelaksanaan Pekerjaan sampai dengan akhir kegiatan di lapangan diusahakan tidak
mengganggu arus lalu lintas. Aktifitas arus lalu lintas yang terhambat akibat
adanya kegiatan proyek akan merugikan pengguna jalan raya.
a)
Menyiapkan perlengkapan keselamatan jalan selama periode kontruksi
sesuai ketentuan.
b)
Membuat rencana kerja manajemen lalu lintas sesuai schedule pekerjaan
dan koordinasikan dengan seluruh personil yang terkait.
c)
Mengatur secara tepat jadwal pelaksanaan setiap jenis pekerjaan di
lapangan.
d)
Memasang rambu-rambu di sekitar lokasi pekerjaan, dan menempatkannya
secara tepat dan benar.
e)
Menempatkan petugas pengatur lalu lintas untuk mengatur dan mengarahkan
arus lalu lintas.
Peralatan Keselamatan Lalu Lintas
a)
Rambu penghalang lalu lintas jenis plastic
b)
Rambu peringatan
c)
Peralatan komunikasi dan lainnya
Tenaga yang terdiri dari:
a)
Pekerja
b)
Koordinator
Pada saat pekerjaan, rambu-rambu diletakkan
sepanjang daerah galian, tujuannya agar lalu lintas tidak masuk atau terperosok
ke dalam daerah galian.Rambu-rambu yang dipasang haruslah mempunyai cat dengan
pantulan cahaya, guna menghindari kecelakaan di malam hari.
9. Sondir / Termasuk Laporan
Pengujian sondir merupakan
salah satu pengujian penetrasi yang bertujuan untuk mengetahui daya dukung
tanah pada setiap lapisan serta mengetahui kedalaman lapisan pendukung yaitu
lapisan tanah keras. Hal ini dimaksudkan agar dalam mendesain Pondasi yang akan
digunakan sebagai penyokong kolom bangunan diatasnya memiliki faktor Keamanan
(safety factor) yang tinggi sehingga bangunan diatasnya tetap kuat dan
tidak mengalami penurunan atau settlement yang dapat membahayakan dari sisi
keselamatan akan bangunan dan penghuni didalamnya.
Banyak terjadi kegagalan
struktur (bangunan roboh/ runtuh) akibat tidak diperhatikan pentingnya
Pengujian Soil test ini, untuk itu sangat di sarankan untuk melakukan
pengujian tanah (sondir) ini, sehingga dapat didesain jenis pondasi yang aman
dan efektif sesuai dengan karakteristik tanah dari bangunan yang akan dibangun.
Sondir
adalah alat berbentuk silindris dengan ujungnya berupa konus. Biasanya dipakai
adalah bi-conus type Begemann yang dilengkapi dengan
selimut/jacket untuk mengukur hambatan pelekat lokal (side friction) dengan
dimensi sbb :
- Sudut kerucut
conus : 60’
- Luas penampang
conus : 10.00cm2
- Luas
selimut/jacket : 150cm2.
Dalam uji sondir, stang
alat ini ditekan ke dalam tanah dan kemudian perlawanan tanah terhadap
ujung sondir (tahanan ujung) dan gesekan pada silimur
silinder diukur.Alat ini telah lama di Indonesia dan telah digunakan hampir
pada setiap penyelidikan tanah pada pekerjaan teknik sipil karena relatif mudah
pemakaiannya, cepat dan amat ekonomis.
Sesungguhnya alat uji sondir ini
merupakan representase atau model dari pondasi tiang dalam skala kecil.Teknik
pendugan lokasi atau kedalaman tanah keras dengan suatu batang telah lama
dipraktekan sejak zaman dulu. Versi mula-mula dari teknik pendugaan ini telah
dikembangkan di Swedia pada tahun 1917 oleh Swedish State Railways dan
kemudian oleh Danish Railways tahun 1927. Karena kondisi tanah
lembek dan banyaknya penggunaan pondasi tiang, pada tahun 1934 orang-orang
Belanda memperkenalkan alat sondir sebagaimana yang kita kenal sekarang (Barentseen,
1936).
Metode ini kemudian dikenal dengan berbagai
nama seperti: “Static Penetration Test” atau , Duch
Cone Static Penetration Test dan secara singkat disebut sounding saja
yang berarti pendugaan. Di Indonesia kemudian
dinamakan sondir yang diambil dari bahasa
Belanda.
Uji sondir saat
ini merupakan salah satu uji lapangan yang telah diterima oleh para praktisi
dan pakar geoteknik. Uji sondir ini telah menunjukkan
manfaat untuk pendugaan profil atau pelapisan (stratifikasi) tanah terhadap
kedalaman karena jenis perilaku tanah telah dapat diindentifikasi dari
kombinasi hasil pembacaan tahanan ujung dan gesekan selimutnya.
Besaran penting yg diukur pada uji sondir
adalah perlawanan ujung yg diambil sebagai gaya penetrasi per satuan luas
penampang ujung sondir (qc). Besarnya gaya ini seringkali menunjukkan
identifikasi dari jenis tanah dan konsistensinya. Pada tanah pasiran, tahanan
ujung jauh lebih besar daripada tanah butiran halus.
Apa hubungan kuat dukung tanah dengan data
sondir (qc). Anda dapat melihat hubungan nilai tahanan konus (qc)
terhadap konsistensi tanah, sebagai berikut :
- tanah yang
sangat lunak nilai qc < 5 kg/cm2,
- lunak 5-10
kg/cm2,
- teguh 10-20
kg/cm2,
- kenyal 20-40
kg/cm2,
- sangat kenyal
40-80 kg/cm2,
- keras 80-150
kg/cm2, dan
- sangat keras
> 150 kg/cm2.
Pelaksanaan test sondir ini
mengacu pada prosedur ASTM.D.3441, dimana nilai perlawanan conus
(qc) dan nilai hambatan pelekat lokal atau side friction (fs) diamati setiap
interval kedalaman 20cm dengan kecepatan penetrasi saat pembacaan nilai qc dan
fs, diusahakan konstan yaitu kurang lebih 2cm/detik.
Test ini dilaksanakan hingga mencapai
kemampuan maksimum alat, yakni nilai tekanan total atau qc = 250kg/cm2 atau
hingga mencapai kedalaman maksimum dibawah permukaan tanah setempat.
Hasil test sondir ini disajikan berupa
diagram atau grafik hubungan antara kedalamaan dengan qc, fs, total friction
dan friction ratio.
Adalah
pekerjaan pengambilan sample tanah asli untuk mengetahui kondisi tanah perlayer
dan jika dimungkin sampai ke tanah keras. Dalam boring ini sekaligus dilakukan
dengan SPT (standard penetration test) disetiap interval 2,0m. Hal ini
mengacu sesuai dengan prosedur ASTM D.1586, dengan berat hammer
adalah 63,5kg dan tinggi jatuh bebas hammer adalah 76cm. Biasanya untuk
pelaksanaan test digunakan Hammer Otomatis.
Contoh
tanah yang diperoleh dari tabung SPT, dimasukan dalam kantong plastik dan
diberi label nama sesuai dengan nilai/jumlah pukulan, kedalaman dan nomor
bornya. Contoh tanah yang diperoleh dari SPT tsb bisa digunakan untuk visual
description maupun test laboratorium bila diperlukan.
Dalam Uji
Laboratorium atas contoh tanah yang di peroleh dari pemboran meliputi
antara lain :
- Index Properties
- Water Content :
Perbandingan berat kandungan air terhadap berat tanah kering dinyatakan
dalam persen.
- Wet Density :
Nilai berat isi tanah (basah) yaitu perbandingan anatar berat tanah
lembab asli per sartuan volume, dalam gr/cm3.
- Dry Density :
Nilai isi tanah (kering) yaitu perbandingan anatar berat tanah kering per
satuan volume, dalam gr/cm3.
- Specific Gravity
(ASTM.D854) : Nilai berat jenis butiran.
- Degree of
Saturation : Derajat kejenuhan tanah yaitu prosentase berat air yang
mengisi rongga atau pori-pori dalam persen.
- Atterberg
Limits (ASTM D.4318) : Batas Cair (liquid limit), batas Plastis (plastic
limit), dan indeks plastis (plasticity index). Dari test ini juga bisa
diketahui clasifikasi tanah berdasarkan ketentuan USCS (unified soil
classification system).
- Enginerring
Properties
- Unconfined
Compression (ASTM D.2166) : diperoleh nilai daya dukung tanah dalam
keadaan tanpa tekanan samping (uncofined) yang dinyatakan dalam satuan
kg/cm2.
- Triaxial UU
Test (ASTM D.2850) : Bertujuan untuk mendapatkan nilai kohesi c (kg/cm2).
Dan sudut gelincir dalam atau internal friction angel tanpa tekanan pori
dan dengan tekanan pori dinyatakan dalam derajat.
- Consolidation
(ASTM D.2435) : untuk mendapatkan parameter koefisien konsolidasi dan
indeks konsolidasi untuk menghitung penurunan pondasi bangunan.
Metode pelaksanaan uji laboratorium ini
disesuaikan dengan Standard ASTM untuk setiap jenis test bersangkutan.
Jika lokasi bangunan berupa tanah rawa yang
cukup dalam, maka jenis pondasi yang dipilih tiada lain adalah pondasi tiang.
Pondasi tiang bisa berupa; tiang-tiang pancang (spun pile, mini pile, dsb) atau
berupa bor pile. Tiang pancang mungkin sedkit lebih ekonomis dibandingkan
dengan bor pile, akan tetapi pemilihan jenis pondasi ini perlu mempertimbangkan
efek getarannya yang dapat merusak banguan di sekitarnya. Meskipun jenis
pondasi bor pile lebih mahal, namun dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan
getaran atau vibrasi.
Jika
Anda ingin merencanakan pondasi tiang pada tanah rawa yang cukup dalam,
sebaiknya tempatkan pada kedalaman yang nilai qc sama atau lebih 150
kg/cm2. Hal ini menunjukkan bahwa Anda telah menempatkan tiang-tiang
pondasi pada tanah keras, dengan demikian tidak perlu dikhawatirkan lagi
terjadi penurunan (settlement).
II.
PEKERJAAN
UTAMA DAN LAINNYA
1.
Pembongkaran
Pasangan Batu
a.
Pasangan batu kali/ gunung yang
akan dibongkar terlebih dulu diukur bagian mana yang akandibongkar. Setelah
diukur dan mendapat persetujuan dari Direksi pekerjaan dapat dimulai.
b.
Peralatan dan perlengkapan
disediakan di lokasi pekerjaan. Alat yang dipakai adalah bodem,keranjang dan
linggis.
c.
Pelaksana mengarahkan prosedur
pekerjaan bongkaran kepada mandor dan diteruskan kepadapekerja.
d.
Pekerja melaksanakan pekerjaan
bongkaran dengan instruksi mandor dan diawasi olehpelaksana.
e.
Pekerja membongkar pasangan
dari bagian atas terlebih dahulu kemudian ke bawah pasangan.
f.
Pasangan dibongkar dengan hati-hati
menggunakan palu/ bodem, spesi yang melekat pada batubongkaran dibersihkan
dengan cetok, apabila dengan cetok tidak kuat maka dibersihkan dengandipukul
menggunakan palu kecil.
g.
Batu kali bekas bongkaran yang
sudah dibersihkan dikumpulkan di lokasi yang dekat denganlokasi yang akan
dipasang batu kali bekas bongkaran.
h.
Pekerjaan bongkaran pasangan
batu/ kali selesai, pekerja membersihkan lokasi dari spesi hasilbongkaran.
i.
Pekerja dilengkapi dengan
perlengkapan keamanan, seperti : helm proyek, sepatu boot, sarungtangan
dan safety bel untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan (kecelakaan).
j.
Pelaksana berkoordinasi dengan
Direksi pekerjaan dalam proses pengerjaan.
k.
Pelaksana selalu mengawasi
pekerjaan yang sedang berlangsung, sehingga pekerjaan dapatberjalan dengan
cepat dan efisien.
l.
Setelah pekerjaan bongkaran
pasangan batu kali/ gunung selesai Penyedia Jasamemberitahukan kepada Direksi
pekerjaan untuk diadakan pengukuran pekerjaan galian apakahsesuai dengan
rencana kerja, spesifikasi dan RAB.
m.
Apabila Direksi menyatakan
sudah sesuai dengan rencana kerja, spesifikasi dan RAB, maka kamimelanjutkan
pekerjaan ke tahap selanjutnya
2. Pembongkaran Beton
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan
pembongkaran pasangan beton lama pada jembatan
terdapat pasangan plat beton jembatan. Yang mana plat
beton jembatan tersebut di bongkar setengah-setengah sehinga tidak mengangu
pengendaraan yang lewat pada umur beton telah tercapai umur pengerasannya.
pekerjaan ini harus disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
3. Galian
Biasa Manual
Pekerjaan ini mencakup penggalian,
penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari
jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan
Prosedur
penggalian:
1) Penggalian
dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang ditentukan dalam gambar
atau ditunjukkan oleh Pengguna Barang/Jasa dan mencakup pembuangan semua bahan
dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton,
pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan
permanent.
2) Pekerjaan
galian dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di
bawah dan di luar batas galian.
3) Bilamana
bahan yang terekpos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam
keadaan terlepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat pengguna
barang/jasa tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut diganti dengan bahan
yang memenuhi syarat.
4) Bilamana
batu,lapisan keras sulit dibongkar, maka bahan harus digali 15 cm lebih dalam
sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan batu yang runcing pada
permukaan dan batu D<15 cm dibuang. Profit galian diperoleh dengan cara
menimbun kembali.
4. TimbunanPilihan dari Sumber Galian
Timbunan
yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan dari sumber galian harus terdiri
dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas level timbunan
biasadan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat tertentu yang tergantung
dari maksud penggunaannya, seperti diperintahkan atau distujui oleh Direksi
pekerjaan.Dalam segala hal, seluruh timbunan pilihan harus, bila di uji sesuai
dan memiliki CBR paling sedikit 10% setelah 4 hari perendaman bila dipadatkan
sampai 100% kepadatan kering maksimum.
Pekerjaan Urugan pilihan dilaksanakan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pengangkutan Material
Pengangkutan Material Urugan pilihan kelokasi pekerjaan menggunakan dump truck
dan loadingnya dilakukan dengan menggunakan wheel loader. Pengecekan dan
pencatatan volume material dilakukan pada saat penghamparan agar tidak terjadi
kelebihan material disatu tempat dan kekurangan material ditempat lain.
2. Penghamparan Material
Penghamparan material dilakukan dengan menggunakan motor grader dalam tahap
penghamparan ini harus diperhatikan hal-hal berikut :
a. Kondisi cuaca yang memungkinkan
b.
Panjang hamparan pada saat setiap section yang didapatkan sesuai dengan kondisi
lapangan. Lebar penghamparan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan tebal
penghamparan sesuai dengan spesifikasi, semua tahapan pekerjaan hamparan dan
tebal hamparan berdasarkan petunjuk dan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
c.
Material yang tidak dipakai dipisahkan dan ditempatkan pada lokasi yang
ditetapkan.
3. Pemadatan Material
Pemadatan
dilakukan dengan menggunakan Vibro Roller, dimulai dari bagian tepi ke bagian
tengah.Pemadatan dilakukan berulang jika dimungkinkan untuk mendapat hasil yang
maksimal dengan dibantu alat water tank untuk membasahi material timbunan
pilihan dan diselingi dengan pemadatan dengan menggunakan Vibro Roller.imbunan
pilihan dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu
jalan sedemikian rupa yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas alat-alat
konstruksi harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha
pemadatan dari lalu lintas tersebut.
Dasar
perhitungan analisis adalah :
·
Asumsi
:
1.
Pekerjaan dilakukan secara mekanis
2.
lokasi pekerjaan sepanjang jalan yang dikerjakan
·
Urutan
Kerja/Metode kerja :
1.
Material
urungan biasanya dimuat ke Dump Truck dengan menggunakan whell Loader
2.
Pengankutan
material urungan biasanya dilakukan dengan Dump Truck dari quarry /borrow pit
dengan jarak quarry kelapangan pekerjaan 6 km
3.
Material
urungan biasa dihampar dengan menggunakan Motor Grader
4.
Hamparan
material disisram air dengan Water Tank truck (sebelum pelaksanaan pemadatan)
dan dipadatkan dengan menggunakan Vibro Roller.
Selama pemadatan sekelompok
pekerjaan akan merapikan tepi hamparan dan level permukaan dengan menggunakan
alat bantu.
5.
Pasangan Batu
Ø Penyiapan
Formasi atau Pondasi
·
Formasi untuk pelapisan
pasangan batu
disiapkan.
Ø Penyiapan
batu
·
Batu dibersihkan dari bahan
yang merugikan, yang dapat mengurangi kelekatan dengan adukan.
·
Sebelum pemasangan, batu
dibasahi seluruh permukaannya dan
diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
Ø Pemasangan
Lapisan Batu
·
Suatu landasan dari adukan
semen paling sedikit setebal 3 cm harus dipasang pada formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini
dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan
tertanam pada adukan sebelum mengeras.
·
Batu ditanam dengan kuat di
atas landasan adukan semen sedemikian rupa sehingga satu batu berdekatan dengan
lainnya sampai mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan dimana tebal ini
akan diukur tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang terdapat diantara satu
batu dengan lainnya diisi adukan dan adukan ini harus dikerjakan sampai hampir
sama rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak smpai menutupi permukaan
lapisan.
·
Pekerjaan dimulai dari dasar
lereng menuju ke atas, dan permukaan segera diselesaikan setelah pengerasan
awal (initial setting) dari adukan dengan cara menyapunya dengan sapu yang
kaku.
·
Permukaan yang telah selesai
dikerjakan dirawat seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan beton sesuai dengan
ketentuan.
·
Lereng yang bersebelahan
dengan bahu jalan harus dipangkas dan dirapikan untuk memperoleh bidang antar
muka yang rapat dan halus dengan pasangan batu dan mortar sehingga akan
memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan
pasangan batu dengan mortar.
Ø Pelaksanaan
Pasangan Batu Dengan Mortar Untuk Pekerjaan Struktur
·
Tumit (cut off wall) dan
struktur lainnya yang dibuat dalam galian parit dimana terdapat kestabilan
akibat daya daya lekat tanah atau akibat disediakannya cetakan, dilaksanakan
dengan mengisi galian atau cetakan dengan adukan setebal 60% dari ukuran
maksimum batu yang digunakan dan kemudian dengan segera memasang batu di atas
adukan yang belum mengeras. Selanjutnya adukan segera ditambah dan proses
tersebut diulangi sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan berikutnya
segera ditambah lagi sampai ke bagian puncak sehingga memperoleh permukaan atas
yang rata.
·
Bilamana bentuk batu
sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci dengan kuat, dan bilamana
digunakan adukan yang liat, pekerjaan pasangan baru dengan mortar untuk
struktur dapat pula dibuat tanpa cetakan, sebagaimana yang diuraikan untuk
pasangan batu.
·
Permukaan pekerjaan pasangan
batu dengan mortar untuk struktur yang terekspos diselesaikan dan dirawat
seperti yang disyaratkan di atas untuk pelapisan batu.
·
Penimbunan kembali di
sekeliling struktur yang telah selesai dirawat ditimbun sesuai dengan
ketentuan.
6. Beton Mutu Rendah fc’ = 10 MPa (K-125)
Untuk
pekerjaan beton 10 Mpa digunakan pada Lantai Kerja, beton kerb
struktur tembok penahan tanah pada oprite ataupun pada masing-masing
lokasi lainnya yang ditentukan oleh direksi teknis.Pekerjaan ini dimulai
setelah pekerjaan pembesian selesai, diaduk dengan menggunakan concrete mixer
dan pemadatannya dilakukan dengan menggunakan concrete vibrator, untuk menjaga
mutu beton sesuai spesifikasi yang diinginkan perlu diambil slump test pada
saat pengecoran dan selinder untuk uji tekan beton dilaboratorium.
A. Pelaksanaan
Pencampuran
1. Rancangan
Campuran Proporsi bahan dan berat penakaran menggunakan metode sesuai yang
disyaratkan.
2. Campuran
Percobaan dilakukan dan hasil dari percobaan tersebut akan dijadikan acuan
pembuatan beton pada saat dilakukan pekerjaan beton di lapangan dan disaksikan
oleh direksi pekerjaan.
3. Campuran
percobaan sesuai dengan permintaan spesifikasi dalam dokumen lelang dan
mendapat persetujuan dari direksi pekerjaan.
4. Ketentuan
sifat-sifat campuran sesuai dengan spesifikasi teknis yang diminta dalam
dokumen pelelangan.
5. Pencampuran
:
d) Beton
dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis (concrete mixer)
e) Pencampur
dilengkapi dengan tangki air bersih yang memadai dan alat ukur yang akurat
untuk mengukur dan mengendalikan jumlah air yang digunakan dalam setiap
penakaran.
f) Pertama-tama
alat pencampur diisi dengan aggregate, pasir dan semen yang telah ditakar,
selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air ditambahkan.
B. Pelaksanaan Pengecoran.
1. Lokasi
pengecoran dibersihkan dari kotoran, potongan kayu, bendrat, paku dan sampah
lainnya
2. Sebelum
pengecoran, bekisting dilumuri dengan mould oil hingga rata. Kebocoran
bekisting telah dicek dan disumbat.Sambungan dengan pengecoran sebelumnya (jika
ada) telah disiram dengan calbond atau air semen serta bekisting dibebaskan
dari genangan air.Sebelum instruksi pengecoran segala persetujuan yang
diperlukan telah diurus dan disetujui oleh direksi/owner dan pengawas
pekerjaan.
3. Penuangan
dilakukan dengan tenaga manusia. Tinggi jatuh beton pada saat pengecoran tidak
lebih dari 1,5 meter agar tidak terjadi pemisahan antara batu pecah yang berat
dengan pasta beton, (segregasi).
4. Apabila
dirasa perlu, pemadatan dibantu dengan vibrator mekanikal type tertentu dalam
jumlah yang memadai. Selang vibrator dibenamkan sampai batas kedalaman beton
sebelumnya dan agar tidak terjadi kantong udara.
5. Selanjutnya
dilakukan perawatan (curing) beton sesuai spesifikasi teknis
7.
Baja Tulangan U32
Ulir
Merupakan baja tulangan Bentuk Ulir dengan
baja mutu sedang yang memiliki tegangan leleh karekteristik 3.200
kg/cm2.Pekerjaan ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan pada acuan
cetakan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar.
Pekerjaan dilakukan
secara manual dengan urutan pekerjaan sebagai berikut :
1. Besi dipotong dan dibengkokan sesuai
dengan kebutuhan, kemudian disusun sedemikian rupa sesuai dengan gambar kerja,
dan setiap pertulangan diikat dengan menggunakan kawat beton.
2. Peralatan yang digunakan adalah : alat
bantu
Penjelasan Tahapan
Pekerjaan Baja Tulangan
Pekerjaan
ini mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan Spesifikasi
dan Gambar, atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Baja
tulangan harus dipasang sedemikian sehingga selimut beton yang menutup bagian
luar baja tulangan adalah sebagai berikut :
·
3,5 cm untuk beton yang tidak terekspos
langsung dengan udara atau terhadap air tanah atau terhadap bahaya kebakaran.
·
Untuk beton yang terendam/ tertanam atau
terekspos langsung dengan cuaca atau timbunan tanah tetapi masih dapat diamati
untuk pemeriksaan tebal selimut beton antara lain :
1.
- Untuk besi diameter 16 mm dan lebih
kecil 3,5 cm
2.
- Untuk besi diameter 19 mm dan 22
mm 5,0 cm
3.
- Untuk besi diameter 25 mm dan
lebih besar 6,0 cm
·
7,5 cm untuk seluruh beton yang
terendam/tertanam dan tidak bisa dicapai, atau untuk beton yang tak dapat
dicapai yang bila keruntuhan akibat karat pada baja tulangan dapat menyebabkan
berkurangnya umur atau struktur, atau untuk beton yang ditempatkan langsung di
atas tanah atau batu, atau untuk beton yang berhubungan langsung dengan kotoran
pada selokan atau cairan korosif lainnya. Besi dipotong dan
dibengkokan sesuai dengan kebutuhan, kemudian disusun sedemikian rupa sesuai
dengan gambar kerja, dan setiap pertulangan diikat dengan Kawat pengikat untuk
mengikat tulangan harus kawat baja lunak yang memenuhi SNI 07-6401-2000.
·
Terkecuali ditentukan lain oleh Direksi
Pekerjaan, seluruh baja tulangan harus dibengkokkan secara dingin dan sesuai
dengan prosedur SNI 03-6816-2002, menggunakan batang yang pada awalnya lurus
dan bebas dari lekukan-lekukan, bengkokan-bengkokan atau kerusakan. Bila
pembengkokan secara panas di lapangan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
tindakan pengamanan harus diambil untuk menjamin bahwa sifat-sifat fisik baja
tidak terlalu berubah banyak.
·
Batang tulangan dengan diameter 2 cm dan yang
lebih besar harus dibengkok-kan dengan mesin pembengkok.
·
Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum
pemasangan untuk menghilangkan kotoran, lumpur, oli, cat, karat dan kerak,
percikan adukan atau lapisan lain yang dapat mengurangi atau merusak pelekatan
dengan beton.
·
Tulangan harus ditempatkan akurat sesuai
dengan Gambar dan dengan kebu-tuhan selimut beton minimum yang disyaratkan.
·
Batang tulangan harus diikat kencang dengan
menggunakan kawat pengikat sehingga tidak tergeser pada saat pengecoran.
Pengelasan tulangan pembagi atau pengikat (stirrup) terhadap tulangan baja
tarik utama tidak diperkenankan.
·
Seluruh tulangan harus disediakan sesuai
dengan panjang total yang ditunjukkan pada Gambar. Penyambungan (splicing)
batang tulangan, terkecuali ditunjukkan pada Gambar, tidak akan diijinkan tanpa
persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan. Setiap penyambungan yang dapat
disetujui harus dibuat sedemikian hingga penyambungan setiap batang tidak
terjadi pada penampang beton yang sama dan harus diletakkan pada titik dengan
tegangan tarik minimum.
·
Bilamana penyambungan dengan tumpang tindih
disetujui, maka panjang tumpang tindih minimum haruslah 40 diameter batang dan
batang tersebut harus diberikan kait pada ujungnya.
·
Simpul dari kawat pengikat harus diarahkan
membelakangi permukaan beton sehingga tidak akan terekspos.
·
Bilamana baja tulangan tetap dibiarkan
terekspos untuk suatu waktu yang cukup lama, maka seluruh baja tulangan harus
dibersihkan dan diolesi dengan adukan semen acian (semen dan air saja).
·
Tidak boleh ada bagian baja tulangan yang
telah dipasang boleh digunakan untuk memikul perlengkapan pemasok beton, jalan
kerja, lantai untuk kegiatan bekerja atau beban konstruksi lainnya.
·
Setelah selesai pekerjaan tersebut kemudian
diadakan pengukuran mutual check bersama.
Hasil pengukuran
mutual check bersama dituangkan dalam gambar dan ditanda tangani bersama.
Perhitungan volume
dan pembayaran untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas, diperhitungkan
dalam satuan Kg.
1. Perletakan
Elastomer Jenis 1 (400x450x45)
Merupakan
bantalan karet untuk kebutuhan konstruksi.Rubber bearing pad digunakan sebagai
peredam guncangan, tekanan, dan geser pada konstruksi jalan, jembatan dan
gedung anti gempa.
Penggunaan Karet Bantalan Jembatan
juga dapat meminimalisir kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi dan getaran seismik dan akustik yang
lain. Masih banyak keunggulan Elastomer
antara lain :
1.
Desain yang
sederhana. Penggunaan bahan
elastomer/karet memungkinkan Karet Bantalan Jembatan dapat berubah bentuk bila dikenai tekanan
horizontal. Penambahan kepingan PTFE atau baja tahan karat (Stainless Steel)
dapat mengakomodir pergerakan yang lebih besar.
2.
Bantalan Jembatan mampu
menyeimbangkan beban statis maupun dinamis berkat sifat karet yang mampu mengembang dan menyusut.
3.
Desain dari Karet
Bantalan Jembatan memungkinkan bantalan jembatan tersebut untuk bergerak ke segala
arah secara horizontal, dimana kelebihan ini tidak dimiliki oleh jenis bantalan
mekanik.
4.
Karet Bantalan Jembatan
memiliki performa yang dapat menyesuaikan di segala kondisi, Penggunaan material neoprene ( karet sintetis ) lebih
dianjurkan karena jenis karet ini memiliki sifat moderat terhadap oil ,panas
dan flame retarder sehingga lebih tahan
terhadap pelapukan dan menghindari tersulutnya api besar apabila terjadi kebakaran
pada jembatan. Disamping itu, Karet
Bantalan Jembatan perawatannya sangat minimal
apabila dipasang dengan baik dan benar.
2.
Beton Mutu Sedang
Dengan Fc’= 30 Mpa (K-350)dan Beton mutu sedangfc’ = 20 Mpa
(K-250)
Pekerjaan ini untuk Struktur Lantai Jembatan dan Abutmen. Pelaksanaannya adalah sebagai berikut : Agregat Kasar dipilih sedemikian
sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari ¾ dari jarak minimum antara
baja tulangan dengan kayu acuan.
1. Beton K-350 dan K-250 dilaksanakan untuk Struktur Lantai
Jembatan dan Abutmen.
2. Bahan material yang digunakan adalah agregat kasar, agregat halus dan air.
3. Lokasi pekerjaan disesuiakan dengan
gambar rencana.
4. Prosedur pekerjaan :
a. Sebelum melakukan
pekerjaan harus dibuat dahulu request dan diserahkan kepada direksi untuk
disetujui.
b. Menyerhakan hasil pengujian
material (mix design) Beton K-350 dan K-250 yang akan digunakan dan harus sesuai dengan Spesifikasi Teknik yang
disyaratkan.
c. Menyerahkan
daftar peralatan yang akan digunakan.
5. Tahapan Pekerjaan :
Bahan material yang akan
digunakan Agregat Kasar, Agregta Halus dan Semen.
Material tersebut
dicampur dengan menggunakan concrete mixer dan diberi air yang telah disediakan
dengan alat water tank truck.
Komposisi campuran
sesuai dengan spesifikasi teknik
Sebelum pemasangan harus dibuatkan
bekisting dengan menggunakan kayu perancah dan profil terlebih dahulu untuk
memudahkan pemasangan sesuai dengan gambar.
Setelah bekisting dan tulangan
ssudah dipasang, maka pengecoran dilaksanakan dan pemadatannya menggunakan alat
concrete vibrator agar beton padat dan karakteristik (kuat tekan) beton
tercapai.
Dalam proses pengecoran harus dibuatkan benda uji kubus
beton untuk dilakukan pengetesan
Penyelesaian
pekerjaan ini dengan menggunakan material semen, pasir, krikil dan airdicampur
dan diaduk menjadi beton dengan menggunakan concrete mixer, Beton di cordalam
bekisting yang telah disiapkan.Untuk menjaga mutu beton maka dilakukan
curingagar kuat tekan beton di dapatkan sesuai dengan rencana.
LINGKUP
PEKERJAAN, Pekerjaan ini mencakup pengadaan material, pencampuran
antara semen portland, agregathalus, agregat kasar dan air pembentuk massa
padat.Mutu beton yang digunakan K-350 dan K-250seperti yang ditunjukkan pada
gambar rencana dan spesifikasi pekerjaan.
Pekerjaan ini
meliputi pembuatan perkerasan beton semen ( perkerasan kaku ) dan lapis pondasi
bawah yang di laksanakan dengan ketebalan dan bentuk penampang melintang
seperti yang di tunjukan dalam gambar atau sebagaimana di perintahkan pengawas
dan atau staff teknis.
Toleransi
dimensi
a) ketentuan
yang di isyratkan dalam pasal 5.3.5. harus digunakan
b) ketentuan
yang di isyaratkan dalam pasal 5.3.9. harus digunakan
Standar
Rujukan
Ketentuan yang
di isyaratkan dalam spesifikasi ini harus di gunakan Standar Nasional Indonesia
(SNI)
SNI 1972 : 2008
: cara uji slump beton
SNI 1974 :
2011 : cara uji kuat tekan beton
SNI
03-443-1997 : spesifikasi beton siap pakai.
SNI
03-4810-1998 : metode pembuatan dan perawatan benda uji beton dan lapangan.
SNI
03-6820-2002 : spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plelesteran
dengan bahan dasar semen.
SNI
03-6969-203 : metode pengujian untuk pengukuran panjang beton inti
hasilpengeboran.
pengajuan
kesiapan kerja
Penyedia jasa
harus mengajukan rincian proposal rencana pengendalian mutu
Untuk aspek
pekerjaan ini.
jadwal kerja
dan pengendalian lalu lintas
ketentuan yang
disyaratkan dalam pasal 5.5.8 harus di gunakan
Pemasokan
beton campuran siap pakai ( ready mix)
Beton yang
dipasok sebagai campuran siap pakai (ready mix) oleh pemasok yang berada di
luar proyek harus memenuhi ketentuan SNI 03-4433-1997. Kecuali disebutkan lain
dalam kontrak, maka “pembeli” dalam SNI 03-4433-1997 haruslah penyedia jasa.
Syarat-syarat umum dari kontrak dan ketentuan-ketentuan dari spesifikasi seksi
5.3 akan didahulukan dari pada SNI 03-4433-1997.Penerapan SNI 03-4433-1997
tidak membebaskan penyedia jasa dari setiap kewajibannya dalam kontrak ini.
5.2 BAHAN
mutu
perkerasan beton semen
Bahan pokok
untuk mutu perkerasan beton semen harus sesuai dengan gambar rencana dan atau
Dokumen Pengadaan.
Ageregat halus
harus memenuhi AASHTO M6 dan pasal 7.1.2.(3)dari spesifikasi selain yang di
sebabkan di bawah ini. Ageregat halus harus terjadi dari bahan yang bersih,
butiran yang dilapisi oleh apapun dengan mutu yang seragam, dan harus :
a) Mempunyai
ukuran yang lebih kecil dari ayakan ASTM No.4(4,75mm)
b)
Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam
c) Jika
duajenis agregat halus atau lebih di campur, maka setiap sumber harus
memenuhi
ketentuan-ketentuanyang disetujui pengawas / staff teknis.
d) Setiap
fariasi agregat harus buatan halus terdiri dari batu pecah yang memenuhi pasal
Table
5.3.2.(2) sifat sifat agregat kasar Sifat
|
Ketentuan
|
Metode
pengajuan
|
Kehilangan
akibat abrasi los angles
|
Tidak
melampuhi 40% untuk 500 putaran
|
SNI 2417 :
2008
|
Berat isi
lepas
|
Minimum
1.200 kg/m
|
SNI
03-4804-1998
|
Berat jenis
|
Minimum
2,1
|
SNI 19970
:2008
|
Penyerapan
oleh iar
|
Ampas
besi : maks 6%
Lainnya
: maks 2,5 %
|
SNI 1970
:2008
|
Bentuk
partikel pipih dan lonjong dengan rasio 3:1
|
Masing
masing maks 25%
|
ASTM D-4791
|
Bidang pecah
(2 atau lebih)
|
Minimum
80%
|
ASTM
D-5821
|
4) Semen
Semen adalah
bahan ikat hidrolis yang digunakan dalam pekerjaan struktur beton dan pasangan
beton;
Agar daya ikat
semen tidak mengalami penurunan, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
Semen harus
terlindung dari hujan dan udara lembab;
Penumpukan
zak semen diusahakan minimum 25 cm dari dinding gudang, dan disusun diatas
balok-balok kayu minimum 20 cm diatas lantai;
Tumpukan
semen dibatasi maksimum 12 zak. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari
pengerasan semen akibat berat diatas tumpukan semen tersebut;
Penumpukan
diatur berurutan sesuai urutan datangnya;
Pemeriksaan
terhadap kualitas semen di lapangan dilakukan dengan cara meremas butiran semen
memakai tangan, jika semen telah menggumpal atau mengeras tidak boleh dipakai;
Pengawas
berhak menolak dan atau menghentikan pekerjaan apabila dalam pelaksanaan
pekerjaan Penyedia Jasa menggunakan semen yang tidak memenuhi persyaratan;
Semen yang
dipakai harus Porland Cement dari segala merk yang ada di perdagangan dan yang
dalam segala hal memenuhi persyaratan beton tersebut di atas;
5) Air
Penyedia Jasa
harus menyampaikan kepada Pengawas tentang air kerja yang akan dipergunakan
untuk mendapatkan persetujuan;
Air untuk
pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali,
garam, bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan atau
baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum;
Apabila
terdapat keraguan mengenai air, Penyedia Jasa diharuskan mengirimkan contoh air
ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui atau yang direkomendasi oleh
Pengawas dan staff teknis untuk diselidiki sampai seberapa banyak air itu
mengandung zat-zat yang dapat merusak beton dan atau baja tulangan. Dalam hal
yang demikian pekerjaan beton harus dihentikan sampai di dapat keputusan yang
pasti mengenai air yang dapat dipakai untuk konstruksi beton dan penghentian
pekerjaan ini tidak membebaskan rekanan dari waktu pelaksanaan seluruh
pekerjaan yang telah ditetapkan;
Jumlah air
yang dipakai untuk membuat adukan beton ditentukan dengan ukuran isi atau
ukuran berat setepat-tepatnya;
6) Beton
a) Bahan Pokok
Campuran
persetujuan
untuk proporsi bahan pokok campuran harus di dasarkan pada hasil percobaan
campuran (trial mix) yang di buat oleh penyedia jasa. Agregat kasar dan halus
harus sesuai dengan spesifikasi ini.Untuk menentukan rasio ageregat kasar dan
agregat halus, proporsi agregat halus harus di pertahankan seminimum mungkin.
Akan tetap, sekurang-kurang 40% agregat dalam campuran beton terhadap berat
haruslah agregat halus yang di definisikan sebagai agregat yang lolos ayakan
4,75 mm., Agregat gabungan tidak boleh
mengandung bahan yang lebih halus dari 0,075 mm sebesar 2 % kecuali bahan
pozolan. Penyedia jasa boleh memilih agregat kasar sampai ukuran maksimum 38
mm, asalkan : campuran tidak mengalami segregasi; kelecakan yang memadai untuk
instalasi yang digunakan dapat dicapai dan kerataan permukaan yang di
isyaratkan tetap dapat di pertahankan. Menurut pendapatnya, staff teknis dapat
meminta penyedia jasa untuk mengubah ukuran agregat kasar yang telah dipilih
oleh penyedia jasa.
Tidakan-tindakan
tambahan,termasuk penurunanukuran maksimum agregat,dapat dilakukan untuk
mengendalikan segregasi dari beton dalam acuan gelincir ( slip form ) yang
berasal oleh truck terakhir.
Ketika
proporsi takaran yang sesuai telah di putuskan dan disetujui, proporsi-proporsi
tersebut hanya dapat diubah dengan persetujuan staff teknis.
b) kadar bahan
pengikat untuk perkerasan beton semen
Berat semen
yang disertakan dalam setiap meter kubik beton yang terpadatkan untuk
perkerasan beton semen tidak boleh kurang dari jumlah semen untuk keperluaan
pencapaian durabiitas beton dan tidak lebih dari jumlah semen yang akan
mengakibatkan suhu beton yang tinggi. Ketentuan jumlah semen minimum dan jumlah
semen maksimum harus tercantum dalam dokumen rancangan campuran beton sesuai
dengan kondisi lingkungan pekerjaan dan disetujui oleh pengguna jasa.
c) kekuatan
Kekuatan
minimum untuk kuat tekan pada umur 28 hari untuk perkerasan beton semen di
berikan dalam tabel berikut ini :
Tabel
5.3.2.(3) kuat tekan minimum untuk perkerasan beton semen
Uraian
Beton
percobaan campuran
Perkerasan
beton semen
(
pengendalian produksi )
Metode
pengujian
Ukuran
benda uji
|
Syarat
kuat tekan
(kg
/cm2)
K.350 s/d K500 untuk 28 hari
K.350 s/d K500 untuk 28 hari
SNI
1974 : 2011
Kubus150
x 150 x 150 mm
Silinder 150
x 300 mm
|
Catatan :
beton untuk
perkerasan beton semen dalam pekerjaan permanen harus memenuhi ketentuan kuat
tekan minimum untuk beton perkerasan yang di berikan dalam tabel 5.3.2(3).
Nilai kuat tekan minimum untuk produksi dapat di
sesuaikan
berdasarkan perbandingan kuat tekan yang di capai untuk serangkaian pengujian
yang tidak kurang dari 16 penguji kuat rancangan yang di setujui. Penyusuaian
kuat tekan minimum untuk pengendalian produk yang di berikan dalam tabel
5.3.2.(3) akan mengikuti perintah atau persetujuan dari staff teknis.
Untuk kekuatan
yang terjadi pada 7 hari, sementara disyaratkan70% dari kuat tekan lapangan
yang terjadi.
d) konsistensi
untuk perkerasan beton semen
Konsistensi
beton harus di tentukan dengan mengukur slump sesuai dengan SNI 1972 : 2008.
Penyedia jasa harus melakukan ujislump untuk setiap campuran beton dengan nilai
slump 12 cm +- 2 cm.
e) pengambilan
benda uji (sampling)
Sebelum
Pengecoran
Penyedia Jasa
harus melakukan Tes Mix Design Beton untuk jenis-jenis material yang akan
dipakai untuk pengecoran ;
Sertifikat mix
design sebagai syarat ijin untuk pelaksanaan pengecoran di lapangan dan harus
diserahkan kepada pengawas dan Staff Teknis.
Pada saat
Pengecoran
Satuan lot
akan di definisikan sebagai tiap 50 m.
Untuk setiap
lot, satu pasang (2 buah) benda uji kubus/ silinder harus di cetak untuk
pengujian kuat tekan,satu benda uji, di test kuat tekan pada umur 7 hari, satu
benda uji di test kuat tekan pada umur 28 hari.
Bila hasil
pengujian kuat tekanpertama (beton umur 7 hari) tidak mencapai 70 % dari kuat
tekan yang diisyaratkan.maka dilakukan pengambilan benda uji inti ( core ) di
lapangan, minimum 1 benda uji tiap lot, untuk dilakukan pengujian kuat tekan.
Jika kuat tekan benda uji inti (core) yang di peroleh ini mencapai kuat tekan
yang disyaratkan, maka produk beton ini dapat diterima untuk pembayaran.
Sertifikat tes
kuat tekan beton menjadi persyaratan pembayaran.
5.3 PERALATAN
1) Umum
Peralatan
harus memenuhi ketentuan spesifikasi ini. Penghamparan dapat dilakukan baik di
gunakan dengan menggunakan acuan tetap ( fixed form ).
2) kendaran
pengangkut (Truck Mixer Agitator)
Penghantar
jenis agitator ( penggoyang bolak-balik ) atau pencampur harus mampu menuangkan
beton dengan konsistensi adukan yang di isyaratkan. Dengan kapasitas angkut
minimal 5 ton.
3) Stamper
Stamper adalah
alat mesin yang dipergunakan untuk pemadatan tanah. Alat ini merupakan alat
yang sangat membantu untuk mempercepat proses pemadatan tanah timbun maupun
pemadatan tanah asli kohesif. Disamping sebagai alat untuk pemadatan untuk
bangunan gedung alat ini juga sering dipergunakan dalam pekerjaan pemadatan
jalan , halaman dan juga untuk pekerjaan pemadatan timbunan lainnya.
4) vibrator (
penggetar )
Vibrator,
untuk menggetarkan saluran lebar perkerasan beton, dapat berupa jenis “surface
pan” atau jenis “internal” dengan tabung celup ( immersed tube ) atau“multiple
spuds”. Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau mesin pembentuk,
atau dapat juga dipasang pada kendaraan (peralatan) khusus.Vibrator tidak boleh
menyentuh sambungan, perlengkapan untuk memindahkan beban (lood trasfer
devices), tanah dasar dan acuan (form) samping.
5) Gergaji
Beton
Bilamana
sambungan yang di bentuk dengan penggergajian (saw joints) disyaratkan,
penyedia jasa harus menyediakan peralatan gergaji dalam jumlah yang
berkapasitas memadai dan mampu menyelesaikan penggergajian ,atau dengan gerinda
(abrasive wheel) sesuai ukuran yang ditentukan. Penyedia jasa harus menyediakan
paling sedikit 1 gergaji yang siap pakai (standby).Sebuah gergaji cadangan
harus di sediakan di tempat kerja setiap saat selama operasi
pengergajian.Penyedia jasa harus menyediakan penerangan yang memadai untuk
penggergajian di malam hari.Seluruh peralatan ini harus berada ditempat kerja
sebelum dan selama pekerjaan perkerasan beton.
6) Garu /
Garpu
Untuk membuat
alur (grooves) pada permukaan jalan beton, diperlukan alat berupa garu / garpu
yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan membuat alur beton sesuai
dengan ketentuan pada gambar rencana.
Sehingga
didapatkan alur yang rapih, rata dan tidak merusak permukaan jalan beton.
7) Acuan
Acuan samping
yang lurus harus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan
harus disediakan dalam ruas-ruas dengan panjang tidak kurang dari 3m. Acuan ini
sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan perkerasan jalan
tanpa adanya sambungan horisontal, dan lebar dasar acuan tidak kurang dari
kedalamnya. Acuan yang dapat disesuaikan (Fleksibel) atau lengkung dengan
radiusyang sesuai harus digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau
kurang. Acuan yang dapat disesuaikan (Fleksibel) atau lengkung harus dirangcang
sedemikian hingga dapat diterima oleh staff teknis.Acuan harus dilengkapi
dengan sarana yangmemadai untuk keperluan pemasangan, sehingga bila telah
terpasang acuan tersebut dapat menahan, tanpa adanya lentingan atau penurunan,
segala benturan dan getaran dari alat pemadat dan pembentuk.Batang flens
(flangebraces) harus dilebihkan keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3 tinggi
acuan. Acuan yang permukaan atasnya miring,bengkok,terpuntir atau patah harus
disingkirkan dari tempat pekerjaan. Acuan bekas yang diperbaiki tidak boleh
digunakan sebelum diperiksa dan disetujui oleh direksipekerjan. Permukaan atas
acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm dalam 3 meter dan pada kaki tegaknya
tidak boleh lebih dari 6 mm. Acuan ini harus dilengkapi juga dengan pengunci
ujung-ujung bagian yang bersambungan.
5.4 SAMBUNGAN
( JOINTS)
sambungan
susut melintang (tranverse contraction joint)
sambungan ini
terdiri dari bidang yang diperlemah dengan membentuk dan membuat alur dengan
pemotong pada permukaan perkerasan, disamping itu bilamana dilanjutkan dalam
gambar juga harus mencakup perlengkapan untuk memindahkan beban (lood tranfer
assembiles).
a) Sambungan
susut lajur melintang (transverse contraction joint)
Sambungan ini
harus dibentuk dengan memasang bagian lajur melintang (strip) sebagaimana di
tunjukan gambar.
b) Alur yang
di bentuk (formed grooves)
Alur ini harus
dibuat untuk menekankan perlengkapan yang di setujui ke dalam beton yang masih
plastis.Perlengkapan tersebut harus tetap ditempat sekurang-kurangnya sampai
beton mencapai tahap pengesahan awal, dan kemudian harus dilepas tanpa merusak
beton didekatnya, kecuali bilamana perlengkapan tersebut memang merancang untuk
tetap terpasang pada sambungan.
c) Sambungan
susut gergajian (sawn contraction joint)
Sambungan ini
harus dibentuk dengan membuat alur dengan gergajian beton pada permukan
perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai dengan
yang
ditunjukan dalam gambar. Setelah setiap sambungan digergaji, bekas gergajian
dan permukaan beton yang bersebelahan harus dibersihkan. Penggergajian untuk
membentuk sambungan harus dilakukan segera mungkin setelah beton cukup mengeras
agar pengergajian dapat dilakukan dengan hasil yang rapi tanpa menimbulkan keretakan,
dan umumnya tidak kurang dari 4 jam tetapi dalam segala hal tidak lebih dari 10
jam setelah pemadatan akhir beton, diambilmana yang lebih pendek waktunya.
Semua sambungan harus dibentuk dengan pemotongan sebelum terjadi retak susut
yang tidak terkendali.Bila perlu, operasi penggergajian harus dilakukan siang
dan malam dalam cuaca apapun.Penggergajian untuk membentuk sambungan harus
dilakukan bilamana keretakan terjadi pada atau dekat lokasi gergajian pada saat
sebelum digergaji.Penggergajian untuk membentuk sambungan tidak boleh
dilanjutkan bilamana keretakan meluas didepan gergajian.bilamana terjadi
kondisi estrim sedimikian hingga tindaklah praktis untuk mencegah keretakan
dengan penggergajian yang lebih dini, alur sambungan kontraksi harus di buat
sebelum beton mencapai pengerasan bertahap. Awal sebagaimana di sebutkan
diatas.Secara umum, setiap sambunganharus dibentuk dengan penggergajian yang
berurutan dan teratur.
5.5
PELAKSANAAN
1) umum
Sebelum mulai
pekerjaan beton, semua pekerjaan lapis pondasi bawah dan yang berdekatan harus
sudah selesai atau disetujui pengawas / staff teknis.
Servis elevasi
harus dilakukan pada lapis pondasi bawah dan setiap lokasi yang lebih tinggi 5
mm dari elevasi rancangan harus diperbaiki sebelum dilakukannya setiap
pekerjaan berikutnya.
2) acuan dan
alat pengendali elevasi
Acuan dan alat
pengendali elevasi (jenis kawat atau lainnya) harus dipasang secukupnya di muka
bagian pengerasan yang sedang dilakukan agar diperoleh kinerja dan persatuan
atas semua operasi yang sedang diperlukan pada atau berdekatan dengan garis
garis acuan.Acuan harus dipasang pada tempatnya dengan menggunakan
sekurang-kurangnya 3 paku untuk ruas sepanjang 3 m. Paku harus diletakkan pada
setiap ujung sambungan.Bagian bagian acuan harus kokoh dan tidak goyah.
Perbedan permukaan acuan dari garis yang sebenarnya tidak boleh lebih dari 5
mm. Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tahan, tanpa terlihat adanya
lentingan atau penurunan, terhadap benturan dan tehadap benturan dan getaran
dari peralatan pemadat dan penyelesaian. Acuan harus bersih dan dilapisi
pelumas sebelum beton dihamparkan, ceceran beton yang tertumpah pada permukaan
beton yang telah selesai dihampar halus disingkirkan dengan cara yang
disetujui.
Alinyemen dan
elevasi kelandaian acuan harus di periksa dan bila perlu diperbaiki oleh
penyedia jasa segera sebelum beton dicor.Bilamana acuan berubah posisinya atau
kelandaiannya tidak stabil, maka harus diperbaiki dan diperiksa ulang.
Bagian atas
acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang dengan toleransi elevasi tidak
melampaui -10 mm sampai + 10 mm relatif terhadap rancangan elevasi permukan
yang telah selesai. Lagipula, acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang
sedemikian hingga tidak ada satu titikpun pada ketebalan plat beton yang
setelah pengecoran dan pemadatan akan kurang dari tebal rancangan.
3) Pemasangan
Plastik Cor
Sebelum
pengecoran dimulai, pada lapisan bawah dan samping sebelum cor beton dipasang
plastik cor (lapisan kedap air) sehingga Air semen tidak turun dan meresap
kebawah.
4) pengecoran
beton
Beton harus
dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga pekerjaan pemindahan sedapat
mungkin dihindari. Kecuali truck pencampur, truck pengaduk, atau alat angkutan
lainya yang dilengkapi dengan alat penumpah beton tanpa menimbulkan segregasi
bahan , beton dihamparkan secara manual sedemikian rupa untuk mencegah
segregasi. Penghamparan harusdilakukan secara menerus diantara sambungan
melintang tanpa sekatan sementara.penghamparan secaramanual harus dilakukan dengan
memakai sekop bukan perlengkapan perata (rakes) pekerja tidak boleh menginjak
hamparan beton yang masih baru dengan memakai sepatu yang dilekati oleh tanah
maupun kotoran lainya.
Beton harus di
padatkan merata pada tepi dan sepanjang acuan, sepanjang dan pada kedua sisi
setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator yang dimasukan kedalam
beton.Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi
acuan.Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat.
Cairan beton
yang tertumpah pada permukaan beton yang telah selesai dihampar harus
disingkirkan dengan cara yang disetujui.
5) penyelesain
dengan tangan
Bila
perkerasan beton relatif kecil atau bentuknya tidak beraturan, atau dengan
persetujuan staff teknis jika tempat kerja sangat terbatas untuk dilaksanakan
dengan metode yang disyaratkan, beton harus didistribusikan dan dihampar dengan
tangan tanpa segregasi atau prapemadatan.
Penghamparan
perkerasan beton bertulang harus di laksanakan dalam dua lapis, lapispertama
harus di hamparkan, dibentuk dan dipadatkan sampai level tertentu sehinggabaja
tulangan setelah terpasang mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera
setelahpemasangan baja tulangan maka lapis atas beton harus dituangkan dan
diselesaikan.
6) Penyetrikaan
Permukaan Beton
Beton yang
diratakan dengan alat perata (penyetrika) beton manual harus dilaksanakan
minimal 2 kali lintasan.
7) memperbaiki
permukaan
Setelah
penyetrikaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih plastis,
bagian yang ambles harus segera diisi dengan beton baru, dibentuk, dipadatkan
dan diselesaikan (finishing) lagi. Lokasi yang memonjol harus di potong
dandiselesaikan (finishing) lagi.Perhatian khusus harus diberikan untuk
memastikan bahwapermukaan sambungan memenuhi kerataan yang
disyaratkan.Perbaikan permukaan harus dilanjutkan sampai seluruh permukaan
didapati bebas dari perbedaan tinggi pada permukaaan dan perkerasan beton
memenuhi kelandaian dan penampang melintang yang diperlukan. Perbedaan tinggal
permukaan menurut pengujian mistar lurus (strainghtedge) tidak boleh melebihi
toleransi yang disyaratkan.
8) membentuk
tepian
Segera setelah
beton di bentuk dan dipadatkan, tepi perkerasan beton di samping acuan dan pada
sambungan harus di selesaikan dengan perkerasan (edging tool) untuk membentuk
permukaan seperempat lingkaran yang halus dengan radius tertentu, bilamana
tidak ditentukan lain pada gambar, adalah 12 mm.
9)
penyelesaian pekerjaan
Setelah
sambungan dan tepian selesai dikerjakan, dan sebelum bahan perawatan pada
permukaan beton digunakan, permukaan beton harus dikasar dengan disikat tegak
lurus dengan garis sumbu (centreline) jalan.Jarak dan dimensi alur sesuai
dengan gambar rencana.
10) perawatan
( curing )
Permukaan
perkerasan beton semen yang terekspos harus segera dirawati dengan penyemprotan
air segera setelah permukaan tersebut selesai dikasarkan dengan sikat sesuai
dengan kondisi berikut ini :
Bahan
perawatan dapat berupa geotextile , karung kain (ghoni) , lapisan tanah lempung
atau potongan rumput/padi dan di semprotkan air dengan merata dalam 2 kali
penyemprotan
i) Pertama
tama dalam waktu 15 menit setelah kondisi air permukaan “tidak begitu mengkilap
“, dan
ii) Yang ke
dua 10 sampai 30 menit setelah itu atau sebagaimana di sarankan pengawas / staff
teknis.
iii)
Penyemprotan dilakukan sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.
Sebagai
tambahan, apabila melakukan penghamparan pada segmen baru baik arah melintang
atau arah memanjang, maka pada perkerasan beton yang telah di cor sebelumnya
dalam umur kurang dari 7 hari harus di lakukan penyemprotan ulang minimum 2 m
pada sisi yang bersebelahan baik melintang atau memanjang, dan dapat diperluas
pada lokasi yang sering di lalui orang selama pengecoran.
1.
Lapisan Pondasi Telford
Telford adalah salah
satu jenis Pekerasan Lapis Pondasi Bawah yang sudah sering kita kenal dan temui
pada ruas-ruas jalan yang di bangun di masa lalu.selain murah pekerjaan ini
dapat dikerjakan secara manual oleh tenaga kerja dengan alat yang sederhana
pula.
Mengikuti perkebanganan
jaman dan melihat beban kendaraan yang meningkat pula strutur pondasi telford
ini mulai tidak digunakan lagi dan di ganti dengan perkerasan berbutir atau
lapis pondasi agregat dan perkerasan beton (rigid) dengan pertimbangan
perkerasan ini mampu untuk mendukung beban-benan kendaraan yang lebih besar dan
lalulintas yang semakin padat.
Berikut
tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan pondasi telford:
Lapisan
pondasi telford merupakan lapisan Pondasi, satuan Pembayaran M3
Asumsi :
Pekerjaan dilakukan secara manual, untuk pengembalian kondisi
Lokasi pekerjaan, menyebar disepanjang jalan
Kondisi jalan, sedang-baik
Jam kerja efektif perhari 7 jam
Factor susut bahan
Batu Fk1 1.20
Pasir Fk2 1.25
Tebal Padat:
Batu T1 0.10 M
Pasir T2 0.05 M
Metode Pelaksanaan :
Asumsi :
Pekerjaan dilakukan secara manual, untuk pengembalian kondisi
Lokasi pekerjaan, menyebar disepanjang jalan
Kondisi jalan, sedang-baik
Jam kerja efektif perhari 7 jam
Factor susut bahan
Batu Fk1 1.20
Pasir Fk2 1.25
Tebal Padat:
Batu T1 0.10 M
Pasir T2 0.05 M
Metode Pelaksanaan :
·
Pasir
dihampar setebal 5 Cm Padat, Pemadatan dengan cara disiram air
·
Batu
ukuran 10/15 disusun berdiri dan dikunci batu 5/7 + 3/4 cm sehingga tersusun
rapi, rapat dan kokoh, dipadatkan menggunakan Three Whell Roller.
·
Selama
pemadatan sekelompok pekerja melakukan perapian, sehingga susunan batu dalam
kondisi rapid an kokoh serta rata permukaannya.
Pemakian
Bahan, Alat dan tenaga
·
Bahan
Dalam 1 m3
·
Batu
pecah ukuran 10-15 = 0.0840 M3
·
Batu
pecah ukuran 5-7 cm = 0.0180 M3
·
Pasir
Urug =
0.0630 M3
Alat
:
·
Three
Whell Roller
·
Kecepatan
rata-rata alat V = 1 Km/Jam
·
Lebar
efektif b = 1.50 M
·
Jumlah
Lintasan n = 8 lintasan
·
Faktor
efisiensi alat Fa = 0.68 Baik sekali-Buruk
·
Kapasitas
produksi Q = 127.50 M2
·
Koefesien
alat = 0.0078 Jam
Alat
bantu :
·
Gerobak
·
Pungki
·
Cangkul
·
Sekop
2.
Penyediaan dan Pemancangan
Tiang Pancang
Tiang
pacang harus dirancang, dicor dan dirawat untuk memperoleh kekuatan
yangdiperlukan sehingga tahan terhadap pengangkutan, penanganan, dan tekanan
akibat pemancangan tanpa kerusakan.Tiang pancang segi empat harus
mempunyai sudut-sudut yangditumpulkan. Pipa pancang berongga (hollow piles)
harus digunakan bilamana panjang tiangyang diperlukan melebihi dari
biasanya.Baja tulangan harus disediakan untuk menahan tegangan yang terjadi
akibat
pengangkatan, penyusunan dan pengangkutan tiang pancang maupun tegangan yang terjadi akibat pemncangan
dan beban-beban yang didukung. Selimut beton tidak boleh
kurang dari 40 mmdan bilamana tiang pancang terekspos terhadap air
laut atau korosi lainnya, selimut betontidak boleh kurang dari 75 mm.
Pelaksanaannya akan dijelaskan seperti
dibawah ini :
a.
Persiapan
Lokasi Pemancangan
Mempersiapkan lokasi dimana
alat pemancang akan diletakan, tanah haruslah dapatmenopang berat alat.
Bilamana elevasi akhir kepala tiang pancang berada di bawah permukaan tanah asli, maka galian harus dilaksanakan terlebih dahulu sebelum pemancangan.Perhatian khusus
harus diberikan agar dasar pondasi tidak terganggu
oleh penggalian diluar batas-batas yang ditunjukan oleh gambar kerja.
b.
Persiapan
Alat Pemancang
Pelaksana harus menyediakan
alat untuk memancang tiang yang sesuai dengan jenistanah dan jenis tiang
pancang sehingga tiang pancang tersebut dapat menembus masuk pada
kedalaman yang telah ditentukan atau mencapai daya dukung yang telah
ditentukan,tanpa kerusakan. Bila diperlukan, pelaksana dapat melakukan
penyelidikan tanah terlebihdahulu.Alat pancang yang digunakan dapat dari jenis
drop hammer, diesel atau hidrolik.Berat palu pada jenis
drop hammer sebaiknya tidak kurang dari jumlah berat tiang
beserta topi pancangnya. Sedangkan untuk diesel hammer berat palu tidak
boleh kurang dari setengah jumlah berat tiang total beserta topi
pancangnya ditambah 500 kg dan minimum 2,2 ton.
c.
Penyimpanan
Tiang Pancang
Tiang pancang disimpan
di sekitar lokasi yang akan dilakukan pemancangan.
Tiang pancang disusus seperti piramida, dan dialasi dengan kayu 5/10. Penyimpanandikelompokan
sesuai dengan type, diameter, dimensi yang sama.
d.
Pemacangan
Kepala tiang pancang harus dilindungi
dengan bantalan topi atau mandrel.Tiang pancang diikatkan pada sling yang
terdapat pada alat, lalu ditarik sehingga tiang pancang masuk pada bagian
alat.
1.
Penyediaan dan Pemasangan
Baja Struktur BJ 41
(Titik Leleh 250
MPa)
Ø Mencakup pekerjaan struktur
baja komposit
Ø Pelaksanaan struktur baja
baru, pelebaran dan perbaikan struktur
Ø Penyediaan, fabrikasi,
pemasangan, galvanisasi dan pengecatan
Ø Baja termasuk baut sambung,
paku keling, pengelasan dll
Pelaksanaan
baja struktur pada umumnya melibatkan fabrikasi yang akan melaksanakan
pekerjaan pemotongan profil, pelubangan untuk baut dan lain sebagainya.
Jenis
pelubangan baut yang digunakan adalah untuk jenis baut:
Ø Baut tidak terbenam
Ø Baut pas dan silinder
Ø Baut geser mutu tinggi
Pekerjaan
fabrikasi juga mencakup pekerjaan pembuatan pengaku, sambungan dengan baut
standar atau baut geser mutu tinggi. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan adalah:
Ø Penyelesaian permukaan
bidang kontak
Ø Baut Tarik
Ø Pengelasan
Ø Pengecatan dan galvanisasi
Ø Pengangkutan
Ø Pemasangan jembatan baja
Ø Tahap pekerjaan
Ø Pengaturan lalu lintas
Ø Peralatan dan perancah
Perakitan
pekerjaan baja seringkali melibatkan pengguna jasa dalam hal penyediaan baja
struktur yang telah tersedia. Sehingga dalam pelaksanaan pengadaan bahan perlu
diperjelas terlebih dahulu pada saat tender, apakah pengadaan dilaksanakan oleh
penyedia jasa atau pemilik, karena hal tersebut akan sangat berpengaruh pada
penawaran harga.
Jenis
perakitan yang harus dilaksanakan oleh penyedia jasa tergantung pada kondisi
lokasi dimana jembatan akan dipasang, dan seharusnya dalam tahap perencanaan
atau dalam gambar rencana hal tersebut sudah dijelaskan. Jenis perakitan
struktur rangka baja pada umumnya adalah:
Ø Peluncuran
Ø Kantilever
Ø Perancah
Bagi
komponen baja struktur disediakan oleh pemilik, maka penyedia jasa perlu
melakukan pengangkutan dan pengiriman yang tidak terlepas dengan masalah
keamanan yaitu dengan melibatkan asuransi all risk.
Ø Penyelesaian rangka baja
Ø Pastikan sistem pemasangan
– perancah atau kantilever
Ø Pastikan camber setelah
semua komponen terpasang – sesuai dengan manual ?
Ø Pastikan semua sambungan
telah dikencangkan dengan kekencangan 100%
Ø Pastikan tulangan untuk
lantai tersedia
Ø Pastikan mutu beton
terpasang harus K-350
Ø Pastikan jenis expansion
joint sesuai
Pastikan
jenis lapisan permukaan menggunakan sesuai spesifikasi
2.
Sandaran (Railling)
Persyaratan
kerja
§Sesuai gambar rencana
§Adasertifikat pabrik yang menunjukkan
mutu baja, pengelasan
PELAKSANAAN
SANDARAN
§Di fabrikasi
§Pengelasan dilaksanakan oleh tenaga
trampil bersertifikat
§Galvanisasi sesuai AASHTO M111-04,
kecuali telah mempunyai tebal minimum 80 mikron
§Pemasangan sesuai seksi 7.4.
3.
Pipa Drainase Baja diameter 75 mm
Pipa ini berfungsi
sebagai pembuangan air hujan yang terletak pada lantai jembatan ke arah bawah.
Diameter minimum 75 mm, dengan bahan dari baja galvanis.
4.
Patok Pengarah
Pekerjaan
ini dilaksanakan setelah pekerjaan bahu jalan selesai dilaksanakan.
Patok pengarah
terbuat dari beton dengan mutu K-300.
Metode kerja dari
pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
•Sebelum
melakukan pekerjaan harus dibuat request dan diserahkan
kepada direksi untuk
disetujui.
•Areal
patok pengarah di gali sampai kedalaman tertentu sesuai dengan rencana
kedalaman
patok.
•Patok
yang telah jadi dan diterima dilokasi pekerjaan, untuk
pemasangannya dilakukan
dengan menggali tanah
lalu memasang patok dan menimbunkan kembali tanah agar patok
dapat berdiri dengan
benar.
•Pengecatan
patok dapat dilakukan sebelum atau sesudah patok pengarah dipasang
•Penyelesaian
dan perapihan setelah pemasangan.
5. Lapis Perekat – Aspal Cair
Dikerjakan
secara mekanik dengan urutan kerja sebagai berikut Aspal dan minyak
Fluxdicampur dan dipanaskan sehingga menjadi campuran aspal cair Permukaan yang
akandilapis dibersihkan dari debu dan kotoran dengan Air Compresor. Di semprotkan
denganmerata dengan asphal sprayer pada badan jalan yang akan dipasang Lapisan
Lataston LapisAus (HRS-WC) 3,0 cm (gradasi senjang/semi senjang).Campuran aspal
cair disemprotkan dengan Asphalt Sprayer ke atas permukaan yang akandilapis.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penghamparan
bahan aspal pada permukaan yangtelah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan
lapisan beraspal berikutnya. Dan dihampardiatas permukaan yang beraspal.
6. Laston
Lapis Aus (AC-WC).
Laston
Lapis Aus (AC-WC) adalah jenis Lapis Pondasi Atas yang yang digunakan untuk
penutup lapisan paling atas pada pekerjaan ini.
Dipergunakan sebagai lapis aus yang mempunyai
nilai struktural dengan tingkat kekedapan air cukup.Laston cocok untuk
perkerasan yang mengalami peningkatan pelapisan secara berkala untuk mencapai
tebal rencana perkerasan.Tebal nominal padat yang digunakan 5 cm. Pekerjaan ini
mencakup penyiapan material, penghamparan, pemadatan diatas pondasi jalan yang
telah disiapkan atau diatas permukaan jalan lama.
Pelaksanaan
Campuran Aspal Panas
a) Agregat
dan aspal dicampur di dalam Asphalt Mixing Plant dalam keadaan panas. Campuran
aspal panas yang selesai dicampur didalam AMP diangkut dengan Dump truck ke
lapangan. Temperatur yang diijinkan adalah sebagai berikut :
Suhu agregat 154-174 oC
Suhu asphalt 140-160 oC
Suhu pencampuran didalam AMP < 165 oC
Suhu campuran aspal panas di atas Dump
Truck > 135 oC
b) Pada
saat Dump Truck meninggalkan AMP, campuran aspal panas diatas bak Dump Truck
ditutup dengan terpal untuk pencegah penurunan temperature campuran aspal
panas.
c) Di
lokasi penghamparan campuran aspal, permukaan jalan yang akan dilapisi dengan
diberi lapis perekat ( tack coat ) terlebih dahulu
d) Penyerahan
campuran aspal panas ke dalam Asphalt Finisher harus dalam keadaan padas pada
temperature antara 120 – 150 oC
e) Pemadatan
pertama (Breakdown Rolling) dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal
panas antara 110 – 120 oC
f) Pamadatan
antara (Intermediate Rolling) dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal
panas antara 95 – 110 oC
g) Pemadatan
akhir (Finishing Rolling) dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal
panas antara 80 -95 oC
h) Agar
persyaratan teknis dipenuhi, maka ketebalan akhir yang dicapai dari pelaksanaan
ini tidak boleh kurang dari 10 % terhadap teba lnominal yang ditetapkan.
i) Bila
dijumpai ketebalan akhir kurang dari persyaratan teknis yang dipersyaratkan,
maka hasil akhir tidak dapat diterima dan diadakan pelapisan ulang dengan
ketebalan minimal 1,5 kali sentimeter agrgat terbesar.
Untuk
analisa penggunaan tenaga, bahan, peralatan serta waktu penyelesain digunakan
sesuai dengan analisa yang ada di dalam AHSP/ATSP.
7.
Papan Nama Jembatan
·
Ukuran
minimal 40 x 60 cm2
·
Bahan
marmer dengan lambang PU
·
Toleransi
± 10 cm
·
Letak
sesuai dengan ketentuan dan dipasang pada parapet
·
Isi
tulisan :
·
Nomor
jembatan
·
Nama
jembatan
·
Lokasi
·
Data
teknis
·
Tahun
pembangunan
8.
Pengembalian
Kondisi Pelapisan Permukaan Baja Struktur ( Girder Lama )
Pekerjaan ini
merupakan pengecatan ulang atau pelapisan ulang pada baja struktur jembatan
lama.
I.
PEKERJAAN
AKHIR
a. Demobilisasi
Demobilisasi dilaksanakan diakhir pekerjaan.Mengembalikan kondisi
tempat kerja menjadi kondisi saat pekerjaan belum dimulai termasuk sumber daya
yang untuk mobilisasi seperti pemindahan instalasi alat, peratalan,
perlengkapan, personil dan lain-lain.
PembongkarantempatkerjaolehPenyediaJasapadasaatakhirperiodePelaksanaan,termasukpemindahansemuainstalasi,peralatandanperlengkapandaritanahmilikPemerintahdanpengembaliankondisi tempat
kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum pekerjaan dimulai.
Jikapekerjaanfisiktelahselesaidilaksanakanmakadilanjutkandenganpekerjaandemobilisasisisa-sisamaterial,bongkaran,sebagiantenagakerjadanperalatan.Lokasi
pekerjaan harus dibersihkan dari berbagai sisa material pekerjaan.
b. Pekerjaan Pembersihan Lapangan
Waktu
Pelaksanaan selama 1 minggu (7 HK), Pembersihan akhir dilakukan pada puing
-puing atau bekas bowplank dan bekas kertas semen yang telah dipakai, ini
dibersihkan dari lokasi pekerjaan dengan membuangnya di tempat pembuangan
sampah akhir, dengan menggunakan mobil pickup atau L 300.
Setelah semua
pekerjaan selesai dikerjakan dilakukan serah terima pekerjaan, adapun hal yang
harus dipersiapkan untuk kebutuhan serah terima pertama pekerjaan, kontraktor
harus mempersiapkan segala kebutuhan seperti pembersihan lapangan, mengadakan
core terhadap ketebalan pengecoran dan kelengkapan administrasi lainnya.
c. Pemeriksaan Pekerjaan dan Serah
Terima Pekerjaan Pertama (PHO)
Untuk persiapan Serah
Terima Pekerjaan, kontraktor wajib menyerahkan pekerjaan pada KPA ebelum
pencairan, maka kontraktor wajib meyelasaikan semua administrasi proyek yang di
tangani oleh TIM administrasi proyek.
Sebelumpelaksanaanpekerjaanberakhir,dilaksanakanpersiapanuntukserahterimapekerjaan
yang pertama (PHO)
Pelaksanaan pekerjaan
untuk MC 100% :
a.
Pengukuran
dan penghitungan volume pekerjaan yang dilaksanakanb.
b.
Penggambaran
untuk dibuat gambar purna laksana (AsbuiltDrawing) bilamana di dalam
pelaksanaan pekerjaan terdapat perubahan/Addendum dari Rencana Kontrak atau MC
0%.
c.
PerhitunganMC100%untukmengetahuinilaipekerjaanuntukmendapatkanpersetujuan
pada saat serah terima pertama pekerjaan.
d.
PemeriksaanpekerjaanbersamadenganTimpenerimaakhirpekerjaanuntuk mendapatkan
persetujuan serah terima pekerjaan.
e.
Pihakpenyediajasamasihharusmelakukanpemeliharaanselama
waktu yang ditentukan,selanjutnyadilaksanakanSerahTerima Pekerjaan Kedua (FHO) padaakhirmasapemeliharaanyangditandatanganiolehPihakPertamadanPihak
Kedua.
URAIAN PEKERJAAN PENUNJANG
Pekerjaan penunjang adalah pekerjaan-pekerjaan yang
mempengaruhi kelancaran dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut.Termasuk
pengaturan rambu lalu lintas, antisipasi cuaca, jembatan sementara (apabila
diperlukan).
1. Pengaturan
Rambu Lalu-lintas.
Demi kelancaran dan keamanan serta kenyamanan bagi
pengguna jalan maka untuk itu kami akan buat rambu-rambu lalu-lintas yang akan
di pasang pada minimal 200m’ sebelum dan sesudah lokasi pekerjaan, dan
sepanjang lokasi pekerjaan.
Demi kelancaran pekerjaan dan kelancaran arus lalu lintas
kami juga akan melaksanakan penutupan dengan sistim penutupan setengah lajur
jalan/setengah badan jalan dan apabila sangat mendesak, maka akan kami gunakan
dengan sistim buka-tutp jalur yang akan dijaga oleh penjaga rambu pada awal dan
akhir pekerjaan dengan dilengkapi alat komunikasi dan lampu penerangan serta
lampu rambu yang memadai. Apabila diperlukan kami akan meminta bantuan
satlantas dalam pengaturan arus lalu-lintas.
2. Penempatan
Material.
Dalam hal penempatan materil pada lokasi pekerjaan,
diusahakan untuk penempatan material dilakukan ditepi/bahu jalan (tidak
mengganggu badan jalan). Apabila tidak ada lokasi / sampai mengganggu pengguna
jalan maka akan kami pasang rambu.
Dan dalam droping material kami usahakan kalu material
tersebut akan segera digunakan, sehingga diusahan material yang dating sekali
habis. Agar tidak mengganggu pengguna jalan.
3. Penerangan.
Apabila dilaksanakan pekerjaan pada malam hari maka kami
akan menyediakan penerangan yang cukup dengan mengadakan alat genset, serta
lampu-lampu yang terang sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan
sesaui dengan spek.
Untuk kelancaran lalu-lintas penerangan juga kami pasang
pada awal dan akhir pekerjaan dan pada beberapa sepanjang lokasi pekerjaan
sehingga pengguna jalan dapat melihat bahwa di daerah tersebut sedang ada
pekerjaan jalan.
4. Antisipasi
Cuaca.
Untuk antisipasi cuaca, pada setiap dump truck kami
lengkapi dengan terpal, sehingga apabila pada saat bermuatan terjadi hujan
material langsung ditutup dengan terpal.Dan pada saat dump truck bermuatan
hotmix, maka bak dump truck selalu ditutup terpal agar suhu tetap terjaga.
Selain terpal kami juga menyediakan plastik untuk
penutupan agregat apabila sebelum tergelar padat sudah terjadi hujan.
PENCAPAIAN INDIKATOR KERJA
a). Metode pengopersian pemeliharaan perbulan.
Dalam pengopersian pemeliharaan kami pantau selalu melalu
penempatan personil inti dan penempatan peralatan utama untuk masa
pemeliharaan. Dan apabila ditemukan kerusakan pada hasil pekerjaan maka kami
akan segera memperbaikinya.
b. Pengelolaan peralatan perbulan.
Peralatan yang kami sediakan adalah peralatan milik
sendiri dan sewa jangka panjang (sampai masa pemelliharaan berakhir.Dan peralatan
tersebut kami letakkan di lokasi pekerjaan dan kami rawat setiap saat sehingga
apabila sewaktu-waktu diperlukan bisa dimanfaatkan dengan baik.
c. Penempatan personil perbulan.
Untuk peronil yang kami gunakan adalah personil
tetap dan personil free line tetapi sampai dengan serah terima kedua (FHO),
sehingga untuk personil tersebut apabila belum selesai pekerjaannya masih
bertanggung jawab atas hasil pekerjaan tersebut. dan personil sebelum masa
waktu pemeliharaan selesai di tempatkan dilokasi pekerjaan
PENUTUP
Pekerjaan Penunjang untuk pekerjaan ini antara lain :
Pengaturan lalu-lintas, Penempatan material, Penerangan, dan antisipasi cuaca.
Pencapaian indicator kerja dengan cara kami
control/survey dan penempatan personil inti serta peralatan untuk pemeliharaan,
agar apabila terdapat kerusakan bisa langsung/segera diatasi.
Demikian Metode pelaksanaan ini dibuat untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya untuk kelancaran paket pekerjaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar