METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI JALAN LENGKAP


BAB I. PENDAHULUAN

I.1.       LATAR BELAKANG
Latar belakang adanya Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangit) dikarenakan pada ruas jalan tersebut merupakan jalur utama penghubung antar Kabupaten di sekitarnya.
Pada ruas jalan tersebut banyak badan jalan yang mengalami kerusakan, baik rusak retak buaya maupun berlubang serta mengalami penurunan untuk lapis pondasi bawah.
Akibat dari kerusakan tersebut banyak pengguna jalan yang terjatuh, karena kerusakan setiap hari bertambah.
Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangit) dilaksanakan oleh Pokja ULP Terkait.

Untuk paket pekerjaan ini pemerintah menganggarkan dana dengan nilai HPS sebesar Rp 7.165.800.000,-(Tujuh Milyar Seratus Enam Puluh Lima Juta Delapan Ratus Ribu Rupiah) dengan target panjang pekerjaan sepanjang 2700 m’/2,7 KM dengan jangka waktu pelaksanaan selama 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender dan jangka waktu pemeliharaan selama 360 (Tiga Ratus Enam Puluh) hari kalender.

I.2.       MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari dibangunnya paket ini adalah untuk :
  1. Meningkatkan kelancaran arus lalu-lintas.
  2. Mengurangi angka kecelakaan.
  3. Meningkatkan rasa nyaman bagi pengguna jalan.
  4. Meningkatkan ketertiban berlalu-lintas.

I.3.       LOKASI
Lokasi Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangit) berada di Kabupaten Silangit, Provinsi Utara.


I.4.       LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan pada Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangitmeliputi :

1.      DIVISI 1. UMUM
1.2          Mobilisasi
1.8 (1)     Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas

2.      DIVISI 2. DRAINASE
2.1  (1)     Galian untuk Selokan Drainase dan Saluran Air

3.      DIVISI 3. PEKERJAAN TANAH
3.1 (3)     Galian Struktur Dengan kedalaman 0-2 meter
3.1 (6)     Galian Perkerasan Beraspal Dengan Cold Milling Machine
3.2 (1b)   Timbunan Biasa Dari Galian
3.3.(2a)   Timbunan Pilihan Dari Sumber Galian
3.3.(1)     Penyiapan Badan Jalan


4.      DIVISI 4. PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN
4.2 (2a)   Lapis Pondasi Agregat Kelas B
4.2 (2b)   Lapis Pondasi Agregat Kelas S

5.      DIVISI 5. PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN
5.1.(1)     Lapis Pondasi Agregat Kelas A
5.3.(1a)   Perkerasan Beton Semen (Tanpa Tulangan)
5.3.(3)     Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus

6.      DIVISI 6. PERKERASAN ASPAL
6.1 (2)a   Lapis Perekat – Aspal Cair
6.3 (5)a   Laston Lapis Aus (AC – WC)
6.3 (6)c   Laston Lapis  Antara Perata (AC – BC(L)
6.3.8       Bahan Anti Pengelupasan

7.      DIVISI 7. PEKERJAAN STRUKTUR
7.1 (7)a   Beton Mutu Sedang Dengan Fc’ = 20 MPa (K-250)
7.1 (10)   Beton Mutu Rendah Dengan Fc’= 10 MPa (K-125)
7.3 (1a)   Baja Tulangan U 24 Polos (Untuk Perkerasan Beton)
7.3 (3)     Baja Tulangan U 32 Ulir
7.3 (3a)   Baja Tulangan U 32 Ulir (Untuk Perkerasan Beton)
7.9.1       Pasangan Batu

8.      DIVISI 8. PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR
8.1 (1)     Lapis Pondasi Agregat Kelas A Untuk Pekerjaan Minor
8.1 (5)     Campuran Aspal Panas Untuk Pekerjaan Minor
8.4.(4c)   Rambu Informasi Jalan (Sesuai Gambar)
8.4.(5)     Patok Pengarah
8.4.(6)a   Patok Kilometer
8.4.(6)b   Patok Hektometer
8.4.(7)     Rel Pengaman

9.      DIVISI 9. PEKERJAAN HARIAN

10.  DIVISI 10. PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTIN
10.1 (2)   Pemeliharaan Rutin Bahu Jalan
10.1 (3)   Pemeliharaan Rutin Selokan, Saluran Air, Galian dan Timbunan
10.1 (4)   Pemeliharaan Rutin Perlengkapan Jalan
10.1 (5)   Pemeliharaan Rutin Jembatan


BAB. II. METODE PENYELESAIAN PEKERJAAN

Metode penyelesaian pekerjaan dapat digambar dengan bagan alir pelaksanaan pekerjaan sebagai berikut :


BAB. III. PEKERJAAN UTAMA

Dalam Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangit) ini yang termasuk dalam Item Pekerjaan Utama antara lain :

Dibawah ini akan dijabarkan lebih luas pengertian tentang item pekerjaan utama diatas serta digambarkan bagaiman cara pengerjaan serta penggunaam alat dan lama waktu pelaksanaan pada paket tersebut.

1.         Pasangan Batu
Ø  Penyiapan Formasi atau Pondasi
·   Formasi untuk pelapisan pasangan batu disiapkan.
Ø  Penyiapan batu
  Batu dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat mengurangi kelekatan dengan adukan. Sebelum pemasangan, batu dibasahi  seluruh permukaannya dan diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
Ø  Pemasangan Lapisan Batu
·   Suatu landasan dari adukan semen paling sedikit setebal 3 cm harus dipasang pada formasi  yang telah disiapkan. Landasan adukan ini dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan tertanam pada adukan sebelum mengeras.
·   Batu ditanam dengan kuat di atas landasan adukan semen sedemikian rupa sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya sampai mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan dimana tebal ini akan diukur tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang terdapat diantara satu batu dengan lainnya diisi adukan dan adukan ini harus dikerjakan sampai hampir sama rata dengan permukaan lapisan tetapi tidak smpai menutupi permukaan lapisan.
·   Pekerjaan dimulai dari dasar lereng menuju ke atas, dan permukaan segera diselesaikan setelah pengerasan awal (initial setting) dari adukan dengan cara menyapunya dengan sapu yang kaku.
·   Permukaan yang telah selesai dikerjakan dirawat seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan beton sesuai dengan ketentuan.
·   Lereng yang bersebelahan dengan bahu jalan harus dipangkas dan dirapikan untuk memperoleh bidang antar muka yang rapat dan halus dengan pasangan batu dan mortar sehingga akan memberikan drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu dengan mortar.
Ø  Pelaksanaan Pasangan Batu Dengan Mortar Untuk Pekerjaan Struktur
·   Tumit (cut off wall) dan struktur lainnya yang dibuat dalam galian parit dimana terdapat kestabilan akibat daya daya lekat tanah atau akibat disediakannya cetakan, dilaksanakan dengan mengisi galian atau cetakan dengan adukan setebal 60% dari ukuran maksimum batu yang digunakan dan kemudian dengan segera memasang batu di atas adukan yang belum mengeras. Selanjutnya adukan segera ditambah dan proses tersebut diulangi sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan berikutnya segera ditambah lagi sampai ke bagian puncak sehingga memperoleh permukaan atas yang rata.
·   Bilamana bentuk batu sedemikian rupa sehingga dapat saling mengunci dengan kuat, dan bilamana digunakan adukan yang liat, pekerjaan pasangan baru dengan mortar untuk struktur dapat pula dibuat tanpa cetakan, sebagaimana yang diuraikan untuk pasangan batu.
·   Permukaan pekerjaan pasangan batu dengan mortar untuk struktur yang terekspos diselesaikan dan dirawat seperti yang disyaratkan di atas untuk pelapisan batu.
·   Penimbunan kembali di sekeliling struktur yang telah selesai dirawat ditimbun sesuai dengan ketentuan.

2.         Galian Biasa
Pekerjaan ini mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian pekerjaan
Prosedur penggalian:
1)      Penggalian dilaksanakan menurut kelandaian, garis dan elevasi yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan oleh Pengguna Barang/Jasa dan mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanent.
2)      Pekerjaan galian dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas galian.
3)      Bilamana bahan yang terekpos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan terlepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat pengguna barang/jasa tidak memenuhi syarat, maka bahan tersebut diganti dengan bahan yang memenuhi syarat.
4)      Bilamana batu,lapisan keras sulit dibongkar, maka bahan harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan batu yang runcing pada permukaan dan batu D<15 cm dibuang. Profit galian diperoleh dengan cara menimbun kembali.
3.        Galian Perkerasan Beraspal Dengan Cold Milling Machine
Daerah lapisan perkerasan yang telah mengalami kerusakan akan ditandai kemudianLapisan perkerasan dibongkar dengan Cold Milling Machine. Hasil bongkaran di muat kedalam dump truk. Dump truk membuang hasil galian keluar lokasi.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini mencakup pemberian tanda pada permukaan aspal yang akan di gali, penggalian dengan menggunakan mesin cold milling dan membuangan hasil galian perkerasan dengan menggunakan dump truck ke luar lokasi.
4.        Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Pelaksanaan pekerjaan ini menggunakan alat ( secara mekanik ) yaitu : Wheel Loadermencampur & memuat Agregat ke dalam Dump Truck di Base Camp Dump. Truckmengangkut Agregat ke lokasi pekerjaan dan dihampar dengan motor greder. HamparanAgregat dibasahi dengan Water Tank sebelum dipadatkan dengan Tandem Roller.Pekerjaan ini menggunakan material Lapis Pondasi agregat Kelas B. Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapikan hamparan dengan menggunakan alat bantu. LPA Klas B digunakan untuk pelebaran badan jalan sesuai dengan rencana.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi diatas permukaan yang telah disiapkan.

5.         Lapis Agregat Kelas S.
Lapis Agregat Kelas S adalah digunakan untuk perkerasan bahu jalan. Lapis Agregat Kelas S berada di kanan dan kiri badan jalan.
Langkah kerja :
a)      Sebelum Lapis Agregat Kelas S di datangkan ke lokasi pekerjaan maka perlu diselesaikan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan sebelum pekerjaan ini, seperti : Overlay Laston Lapis Aus (AC–WC) telah selesai dilaksanakan. Bahan-bahan untuk Agregat Kelas S sebelum di campur untuk digunakan dilapangan perlu dilaksanakan percobaan campuran di base camp terlebih dahulu disertai dengan bukti tertulis dari hasil percobaan tersebut agar material di lapangan bisa langsung diterima.
b)      Material didatangkan ke lokasi pekerjaan dengan menggunakan dump truck. Material yang didatangkan adalah material hasil campuran berdasarkan hasil percobaan yang telah diterima oleh direksi pekerjaan.
c)      Setelah material datang dilapangan, hampar material dengan menggunakan Motor Grader dengan ketebalan sesuai dengan keadaan dilapangan dan dengan lebar sesuai dengan rencana. Selama Motor Grader bekerja, beberapa tenaga merapihkan hasil hamparan.
d)      Setelah selesai penggelaran , siram agregat dengan water tank truck dan dipadatkan dengan vibratory roller.
e)      Setelah pekerjaan ini selesai, maka dapat dilaksanakan pekerjaan selanjutnya.

Untuk analisa penggunaan tenaga, bahan, peralatan serta waktu penyelesain digunakan sesuai dengan analisa yang ada di dalam AHSP/ATSP.
6.        Lapis Perekat – Aspal Cair
Dikerjakan secara mekanik dengan urutan kerja sebagai berikut Aspal dan minyak Fluxdicampur dan dipanaskan sehingga menjadi campuran aspal cair Permukaan yang akandilapis dibersihkan dari debu dan kotoran dengan Air Compresor. Di semprotkan denganmerata dengan asphal sprayer pada badan jalan yang akan dipasang Lapisan Lataston LapisAus (HRS-WC) 3,0 cm (gradasi senjang/semi senjang).Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt Sprayer ke atas permukaan yang akan dilapis.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan yangtelah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Dan dihampardiatas permukaan yang beraspal.

7.         Laston Lapis Aus (AC-WC).
Laston Lapis Aus (AC-WC) adalah jenis Lapis Pondasi Atas yang yang digunakan untuk penutup lapisan paling atas pada pekerjaan ini.
Dipergunakan sebagai lapis aus yang mempunyai nilai struktural dengan tingkat kekedapan air cukup. Laston cocok untuk perkerasan yang mengalami peningkatan pelapisan secara berkala untuk mencapai tebal rencana perkerasan. Tebal nominal padat yang digunakan 5 cm. Pekerjaan ini mencakup penyiapan material, penghamparan, pemadatan diatas pondasi jalan yang telah disiapkan atau diatas permukaan jalan lama.
Pelaksanaan Campuran Aspal Panas
a)      Agregat dan aspal dicampur di dalam Asphalt Mixing Plant dalam keadaan panas. Campuran aspal panas yang selesai dicampur didalam AMP diangkut dengan Dump truck ke lapangan. Temperatur yang diijinkan adalah sebagai berikut :
Suhu agregat                                                    154-174 oC
Suhu asphalt                                                    140-160 oC
Suhu pencampuran didalam AMP                   < 165 oC
Suhu campuran aspal panas di atas Dump Truck         > 135 oC
b)      Pada saat Dump Truck meninggalkan AMP, campuran aspal panas diatas bak Dump Truck ditutup dengan terpal untuk pencegah penurunan temperature campuran aspal panas.
c)      Di lokasi penghamparan campuran aspal, permukaan jalan yang akan dilapisi dengan diberi lapis perekat ( tack coat ) terlebih dahulu
d)      Penyerahan campuran aspal panas ke dalam Asphalt Finisher harus dalam keadaan padas pada temperature antara 120 – 150 oC
e)      Pemadatan pertama (Breakdown Rolling) dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal panas antara 110 – 120 oC
f)       Pamadatan antara (Intermediate Rolling) dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal panas antara 95 – 110 oC
g)      Pemadatan akhir (Finishing Rolling) dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal panas antara 80 -95 oC
h)      Agar persyaratan teknis dipenuhi, maka ketebalan akhir yang dicapai dari pelaksanaan ini tidak boleh kurang dari 10 % terhadap teba lnominal yang ditetapkan.
i)         Bila dijumpai ketebalan akhir kurang dari persyaratan teknis yang dipersyaratkan, maka hasil akhir tidak dapat diterima dan diadakan pelapisan ulang dengan ketebalan minimal 1,5 kali sentimeter agrgat terbesar.

Untuk analisa penggunaan tenaga, bahan, peralatan serta waktu penyelesain digunakan sesuai dengan analisa yang ada di dalam AHSP/ATSP.

8.         Laston Lapis Antara (AC-BC) dan Laston Lapis Antara Perata (AC-BC Levelling).
Laston Lapis Antara (AC-BC) adalah lapis perkerasan yang berfungsi untuk meratakan/leveling pada perkerasan badan jalan baru (diatas pelebaran).
Laston Lapis Antara Perata (AC-BC Levelling) adalah lapis perkerasan yang berfungsi untuk meratakan/leveling perkerasan badan jalan lama.
Dipergunakan diatas lapis pondasi atas yang telah dipersiapkan atau diatas perkerasan dengan system penetrasi macadam. Merupakan pelindung lapis Pondasi atas atau lapis perkerasan dengan system penetrasi macadam. Pekerjaan ini mencakup penyiapan material, penghamparan, pemadatan diatas pondasi jalan yang telah disiapkan atau diatas permukaan jalan lama.
Pelaksanaan Campuran Aspal Panas
a)      Agregat dan aspal dicampur di dalam Asphalt Mixing Plant dalam keadaan panas. Campuran aspal panas yang selesai dicampur didalam AMP diangkut dengan Dump truck ke lapangan. Temperatur yang diijinkan adalah sebagai berikut :
Suhu agregat                                                    154-174 oC
Suhu asphalt                                                   140-160 oC
Suhu pencampuran didalam AMP                   < 165 oC
Suhu campuran aspal panas di atas Dump Truck         > 135 oC
b)      Pada saat Dump Truck meninggalkan AMP, campuran aspal panas diatas hak Dump Truck  ditutup dengan terpal untuk pencegah penurunan temperature campuran aspal panas.
c)      Di lokasi penghamparan campuran aspal, permukaan jalan yang akan dilapisi dengan diberi lapis perekat ( tack coat ) terlebih dahulu
d)      Penyerahan campuran aspal panas ke dalam Asphalt Finisher dalam keadaan padas pada temperature antara 120 – 150 oC
e)      Pemadatan pertama (Breakdown Rolling) dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal panas antara 110 – 120 oC
f)       Pamadatan antara (Intermediate Rolling) dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal panas antara 95 – 110 oC
g)      Pemadatan akhir (Finishing Rolling) dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal panas antara 80 -95 oC
h)      Agar persyaratan teknis dipenuhi, maka ketebalan akhir yang dicapai dari pelaksanaan ini tidak boleh kurang dari 10% terhadap tebal nominal yang telah ditetapkan.

Untuk analisa penggunaan tenaga, bahan, peralatan serta waktu penyelesain digunakan sesuai dengan analisa yang ada di dalam AHSP/ATSP.   

9.         Aspal Keras
Aspal Minyak berfungsi sebagi pengikat agregat. Aspal minyak yang digunakan adalah jenis aspal minyak Pen 60/70.
Semua pekerjaan hotmix menggunakan campuran aspal minyak, tanpa campuran aspal minyak maka agregat tersebut tidak bisa disebut dengan aspal panas.
Dalam setiap jenis campuran sebelum dilakukan pencampuran untuk digunakan dilapangan maka perlu di adakan percobaan pencampuran di AMP (Trial Mix) untuk mengetahui komposisi material yang akan digunakan. Dan sebelum penghamparan dilapanganperlu dilaksanakan percobaan di lapangan (Trial Compaction) untuk mengetahui tebal rencana, Pemadatan awal, pemadatan antara dan pemadatan akhir/finishing.
10.    Lapis Pondasi Agregat Kelas A
Pelaksanaan pekerjaan ini menggunakan alat ( secara mekanik ) yaitu : Wheel Loadermencampur & memuat Agregat ke dalam Dump Truck di Base Camp Dump. Truckmengangkut Agregat ke lokasi pekerjaan dan dihampar dengan motor greder. HamparanAgregat dibasahi dengan Water Tank sebelum dipadatkan dengan Tandem Roller.Pekerjaan ini menggunakan material Lapis Pondasi agregat Kelas A. Selama pemadatansekelompok pekerja akan merapikan hamparan dengan menggunakan alat bantu. LPAKlas a digunakan untuk pelebaran badan jalan sesuai dengan rencana setelah material LPAklas B terampar dan dipadatkan.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi diatas permukaan yang telah disiapkan.

11.     Perkerasan Beton Semen Dan Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus
Perkerasan jalan beton semen atau perkerasan kaku, terdiri dari plat beton semen, dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton semen sering juga dianggap sebagai lapis pondasi, kalau di atasnya masih ada lapisan aspal.
Plat beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas
yang tinggi, akan mendistribusikan beban lalu lintas ke tanah dasar yang melingkupi daerah yang cukup luas. Dengan demikian, bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton itu sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis
pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan; dimana masing-masing lapisan memberikan kontribusinya.
12.    Beton Mutu Sedang Dengan Fc’= 20 Mpa, (K-250)
Penyelesaian pekerjaan ini dengan menggunakan material semen, pasir, krikil dan airdicampur dan diaduk menjadi beton dengan menggunakan concrete mixer, Beton di cordalam bekisting yang telah disiapkan. Untuk menjaga mutu beton maka dilakukan curingagar kuat tekan beton di dapatkan sesuai dengan rencana.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini mencakup pengadaan material, pencampuran antara semen portland, agregathalus, agregat kasar dan air pembentuk massa padat. Mutu beton yang digunakan K-250seperti yang ditunjukkan pada gambar rencana dan spesifikasi pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi pembuatan perkerasan beton semen ( perkerasan kaku ) dan lapis pondasi bawah yang di laksanakan dengan ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti yang di tunjukan dalam gambar atau sebagaimana di perintahkan pengawas dan atau staff teknis.
Toleransi dimensi
a) ketentuan yang di isyratkan dalam pasal 5.3.5. harus digunakan
b) ketentuan yang di isyaratkan dalam pasal 5.3.9. harus digunakan
Standar Rujukan
Ketentuan yang di isyaratkan dalam spesifikasi ini harus di gunakan Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI 1972 : 2008 : cara uji slump beton
SNI 1974 : 2011 : cara uji kuat tekan beton
SNI 03-443-1997 : spesifikasi beton siap pakai.
SNI 03-4810-1998 : metode pembuatan dan perawatan benda uji beton dan lapangan.
SNI 03-6820-2002 : spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plelesteran dengan bahan dasar semen.
SNI 03-6969-203 : metode pengujian untuk pengukuran panjang beton inti
hasilpengeboran.
pengajuan kesiapan kerja
Penyedia jasa harus mengajukan rincian proposal rencana pengendalian mutu
Untuk aspek pekerjaan ini.
jadwal kerja dan pengendalian lalu lintas
ketentuan yang disyaratkan dalam pasal 5.5.8 harus di gunakan

Pemasokan beton campuran siap pakai ( ready mix)
Beton yang dipasok sebagai campuran siap pakai (ready mix) oleh pemasok yang berada di luar proyek harus memenuhi ketentuan SNI 03-4433-1997. Kecuali disebutkan lain dalam kontrak, maka “pembeli” dalam SNI 03-4433-1997 haruslah penyedia jasa. Syarat-syarat umum dari kontrak dan ketentuan-ketentuan dari spesifikasi seksi 5.3 akan didahulukan dari pada SNI 03-4433-1997.Penerapan SNI 03-4433-1997 tidak membebaskan penyedia jasa dari setiap kewajibannya dalam kontrak ini.

5.2 BAHAN
mutu perkerasan beton semen
Bahan pokok untuk mutu perkerasan beton semen harus sesuai dengan gambar rencana dan atau Dokumen Pengadaan.
Ageregat halus harus memenuhi AASHTO M6 dan pasal 7.1.2.(3)dari spesifikasi selain yang di sebabkan di bawah ini. Ageregat halus harus terjadi dari bahan yang bersih, butiran yang dilapisi oleh apapun dengan mutu yang seragam, dan harus :
a) Mempunyai ukuran yang lebih kecil dari ayakan ASTM No.4(4,75mm)
b) Sekurang-kurangnya terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam
c) Jika duajenis agregat halus atau lebih di campur, maka setiap sumber harus   
    memenuhi ketentuan-ketentuanyang disetujui pengawas / staff teknis.
d) Setiap fariasi agregat harus buatan halus terdiri dari batu pecah yang memenuhi pasal

Table 5.3.2.(2) sifat sifat agregat kasar Sifat
Ketentuan
Metode pengajuan
Kehilangan akibat abrasi los angles
Tidak melampuhi 40% untuk 500 putaran
SNI 2417 : 2008
Berat isi lepas
Minimum 1.200 kg/m
SNI 03-4804-1998
Berat jenis
Minimum 2,1
SNI 19970 :2008
Penyerapan oleh iar
Ampas besi : maks 6%
Lainnya : maks 2,5 %
SNI 1970 :2008
Bentuk partikel pipih dan lonjong dengan rasio 3:1
Masing masing maks 25%
ASTM D-4791
Bidang pecah (2 atau lebih)

Minimum 80%

ASTM D-5821

4) Semen
Semen adalah bahan ikat hidrolis yang digunakan dalam pekerjaan struktur beton dan pasangan beton;
Agar daya ikat semen tidak mengalami penurunan, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
 Semen harus terlindung dari hujan dan udara lembab;
 Penumpukan zak semen diusahakan minimum 25 cm dari dinding gudang, dan disusun diatas balok-balok kayu minimum 20 cm diatas lantai;
 Tumpukan semen dibatasi maksimum 12 zak. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengerasan semen akibat berat diatas tumpukan semen tersebut;
 Penumpukan diatur berurutan sesuai urutan datangnya;
 Pemeriksaan terhadap kualitas semen di lapangan dilakukan dengan cara meremas butiran semen memakai tangan, jika semen telah menggumpal atau mengeras tidak boleh dipakai;
 Pengawas berhak menolak dan atau menghentikan pekerjaan apabila dalam pelaksanaan pekerjaan Penyedia Jasa menggunakan semen yang tidak memenuhi persyaratan;
 Semen yang dipakai harus Porland Cement dari segala merk yang ada di perdagangan dan yang dalam segala hal memenuhi persyaratan beton tersebut di atas;

5) Air
Penyedia Jasa harus menyampaikan kepada Pengawas tentang air kerja yang akan dipergunakan untuk mendapatkan persetujuan;
 Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan organik atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan atau baja tulangan. Dalam hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum;
 Apabila terdapat keraguan mengenai air, Penyedia Jasa diharuskan mengirimkan contoh air ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui atau yang direkomendasi oleh Pengawas dan staff teknis untuk diselidiki sampai seberapa banyak air itu mengandung zat-zat yang dapat merusak beton dan atau baja tulangan. Dalam hal yang demikian pekerjaan beton harus dihentikan sampai di dapat keputusan yang pasti mengenai air yang dapat dipakai untuk konstruksi beton dan penghentian pekerjaan ini tidak membebaskan rekanan dari waktu pelaksanaan seluruh pekerjaan yang telah ditetapkan;
 Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat setepat-tepatnya;

6) Beton
a) Bahan Pokok Campuran
persetujuan untuk proporsi bahan pokok campuran harus di dasarkan pada hasil percobaan campuran (trial mix) yang di buat oleh penyedia jasa. Agregat kasar dan halus harus sesuai dengan spesifikasi ini. Untuk menentukan rasio ageregat kasar dan agregat halus, proporsi agregat halus harus di pertahankan seminimum mungkin. Akan tetap, sekurang-kurang 40% agregat dalam campuran beton terhadap berat haruslah agregat halus yang di definisikan sebagai agregat yang lolos ayakan 4,75 mm.,  Agregat gabungan tidak boleh mengandung bahan yang lebih halus dari 0,075 mm sebesar 2 % kecuali bahan pozolan. Penyedia jasa boleh memilih agregat kasar sampai ukuran maksimum 38 mm, asalkan : campuran tidak mengalami segregasi; kelecakan yang memadai untuk instalasi yang digunakan dapat dicapai dan kerataan permukaan yang di isyaratkan tetap dapat di pertahankan. Menurut pendapatnya, staff teknis dapat meminta penyedia jasa untuk mengubah ukuran agregat kasar yang telah dipilih oleh penyedia jasa.
Tidakan-tindakan tambahan,termasuk penurunanukuran maksimum agregat,dapat dilakukan untuk mengendalikan segregasi dari beton dalam acuan gelincir ( slip form ) yang berasal oleh truck terakhir.
Ketika proporsi takaran yang sesuai telah di putuskan dan disetujui, proporsi-proporsi tersebut hanya dapat diubah dengan persetujuan staff teknis.
b) kadar bahan pengikat untuk perkerasan beton semen
Berat semen yang disertakan dalam setiap meter kubik beton yang terpadatkan untuk perkerasan beton semen tidak boleh kurang dari jumlah semen untuk keperluaan pencapaian durabiitas beton dan tidak lebih dari jumlah semen yang akan mengakibatkan suhu beton yang tinggi. Ketentuan jumlah semen minimum dan jumlah semen maksimum harus tercantum dalam dokumen rancangan campuran beton sesuai dengan kondisi lingkungan pekerjaan dan disetujui oleh pengguna jasa.

c) kekuatan
Kekuatan minimum untuk kuat tekan pada umur 28 hari untuk perkerasan beton semen di berikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 5.3.2.(3) kuat tekan minimum untuk perkerasan beton semen

Uraian

Beton percobaan campuran

Perkerasan beton semen
( pengendalian produksi )

Metode pengujian
Ukuran benda uji

Syarat kuat tekan
(kg /cm2)
K.350 s/d K500 untuk 28 hari

K.350 s/d K500 untuk 28 hari


SNI 1974 : 2011
Kubus150 x 150 x 150 mm
Silinder 150 x 300 mm

Catatan :
beton untuk perkerasan beton semen dalam pekerjaan permanen harus memenuhi ketentuan kuat tekan minimum untuk beton perkerasan yang di berikan dalam tabel 5.3.2(3). Nilai kuat tekan minimum untuk produksi dapat di
sesuaikan berdasarkan perbandingan kuat tekan yang di capai untuk serangkaian pengujian yang tidak kurang dari 16 penguji kuat rancangan yang di setujui. Penyusuaian kuat tekan minimum untuk pengendalian produk yang di berikan dalam tabel 5.3.2.(3) akan mengikuti perintah atau persetujuan dari staff teknis.
Untuk kekuatan yang terjadi pada 7 hari, sementara disyaratkan70% dari kuat tekan lapangan yang terjadi.

d) konsistensi untuk perkerasan beton semen
Konsistensi beton harus di tentukan dengan mengukur slump sesuai dengan SNI 1972 : 2008. Penyedia jasa harus melakukan ujislump untuk setiap campuran beton dengan nilai slump 12 cm +- 2 cm.
e) pengambilan benda uji (sampling)
Sebelum Pengecoran
Penyedia Jasa harus melakukan Tes Mix Design Beton untuk jenis-jenis material yang akan dipakai untuk pengecoran ;
Sertifikat mix design sebagai syarat ijin untuk pelaksanaan pengecoran di lapangan dan harus diserahkan kepada pengawas dan Staff Teknis.
Pada saat Pengecoran
Satuan lot akan di definisikan sebagai tiap 50 m.
Untuk setiap lot, satu pasang (2 buah) benda uji kubus/ silinder harus di cetak untuk pengujian kuat tekan,satu benda uji, di test kuat tekan pada umur 7 hari, satu benda uji di test kuat tekan pada umur 28 hari.
Bila hasil pengujian kuat tekanpertama (beton umur 7 hari) tidak mencapai 70 % dari kuat tekan yang diisyaratkan. maka dilakukan pengambilan benda uji inti ( core ) di lapangan, minimum 1 benda uji tiap lot, untuk dilakukan pengujian kuat tekan. Jika kuat tekan benda uji inti (core) yang di peroleh ini mencapai kuat tekan yang disyaratkan, maka produk beton ini dapat diterima untuk pembayaran.
Sertifikat tes kuat tekan beton menjadi persyaratan pembayaran.
5.3 PERALATAN
1) Umum
Peralatan harus memenuhi ketentuan spesifikasi ini. Penghamparan dapat dilakukan baik di gunakan dengan menggunakan acuan tetap ( fixed form ).
2) kendaran pengangkut (Truck Mixer Agitator)
Penghantar jenis agitator ( penggoyang bolak-balik ) atau pencampur harus mampu menuangkan beton dengan konsistensi adukan yang di isyaratkan. Dengan kapasitas angkut minimal 5 ton.
3) Stamper
Stamper adalah alat mesin yang dipergunakan untuk pemadatan tanah. Alat ini merupakan alat yang sangat membantu untuk mempercepat proses pemadatan tanah timbun maupun pemadatan tanah asli kohesif. Disamping sebagai alat untuk pemadatan untuk bangunan gedung alat ini juga sering dipergunakan dalam pekerjaan pemadatan jalan , halaman dan juga untuk pekerjaan pemadatan timbunan lainnya.
4) vibrator ( penggetar )
Vibrator, untuk menggetarkan saluran lebar perkerasan beton, dapat berupa jenis “surface pan” atau jenis “internal” dengan tabung celup ( immersed tube ) atau“multiple spuds”. Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau mesin pembentuk, atau dapat juga dipasang pada kendaraan (peralatan) khusus. Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan, perlengkapan untuk memindahkan beban (lood trasfer devices), tanah dasar dan acuan (form) samping.

5) Gergaji Beton
Bilamana sambungan yang di bentuk dengan penggergajian (saw joints) disyaratkan, penyedia jasa harus menyediakan peralatan gergaji dalam jumlah yang berkapasitas memadai dan mampu menyelesaikan penggergajian ,atau dengan gerinda (abrasive wheel) sesuai ukuran yang ditentukan. Penyedia jasa harus menyediakan paling sedikit 1 gergaji yang siap pakai (standby). Sebuah gergaji cadangan harus di sediakan di tempat kerja setiap saat selama operasi pengergajian. Penyedia jasa harus menyediakan penerangan yang memadai untuk penggergajian di malam hari. Seluruh peralatan ini harus berada ditempat kerja sebelum dan selama pekerjaan perkerasan beton.
6) Garu / Garpu
Untuk membuat alur (grooves) pada permukaan jalan beton, diperlukan alat berupa garu / garpu yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat digunakan membuat alur beton sesuai dengan ketentuan pada gambar rencana.
Sehingga didapatkan alur yang rapih, rata dan tidak merusak permukaan jalan beton.
7) Acuan
Acuan samping yang lurus harus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan harus disediakan dalam ruas-ruas dengan panjang tidak kurang dari 3m. Acuan ini sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan perkerasan jalan tanpa adanya sambungan horisontal, dan lebar dasar acuan tidak kurang dari kedalamnya. Acuan yang dapat disesuaikan (Fleksibel) atau lengkung dengan radiusyang sesuai harus digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang. Acuan yang dapat disesuaikan (Fleksibel) atau lengkung harus dirangcang sedemikian hingga dapat diterima oleh staff teknis. Acuan harus dilengkapi dengan sarana yangmemadai untuk keperluan pemasangan, sehingga bila telah terpasang acuan tersebut dapat menahan, tanpa adanya lentingan atau penurunan, segala benturan dan getaran dari alat pemadat dan pembentuk. Batang flens (flangebraces) harus dilebihkan keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Acuan yang permukaan atasnya miring,bengkok,terpuntir atau patah harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Acuan bekas yang diperbaiki tidak boleh digunakan sebelum diperiksa dan disetujui oleh direksipekerjan. Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm dalam 3 meter dan pada kaki tegaknya tidak boleh lebih dari 6 mm. Acuan ini harus dilengkapi juga dengan pengunci ujung-ujung bagian yang bersambungan.
5.4 SAMBUNGAN ( JOINTS)
sambungan susut melintang (tranverse contraction joint)
sambungan ini terdiri dari bidang yang diperlemah dengan membentuk dan membuat alur dengan pemotong pada permukaan perkerasan, disamping itu bilamana dilanjutkan dalam gambar juga harus mencakup perlengkapan untuk memindahkan beban (lood tranfer assembiles).
a) Sambungan susut lajur melintang (transverse contraction joint)
Sambungan ini harus dibentuk dengan memasang bagian lajur melintang (strip) sebagaimana di tunjukan gambar.
b) Alur yang di bentuk (formed grooves)
Alur ini harus dibuat untuk menekankan perlengkapan yang di setujui ke dalam beton yang masih plastis. Perlengkapan tersebut harus tetap ditempat sekurang-kurangnya sampai beton mencapai tahap pengesahan awal, dan kemudian harus dilepas tanpa merusak beton didekatnya, kecuali bilamana perlengkapan tersebut memang merancang untuk tetap terpasang pada sambungan.
c) Sambungan susut gergajian (sawn contraction joint)
Sambungan ini harus dibentuk dengan membuat alur dengan gergajian beton pada permukan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai dengan
yang ditunjukan dalam gambar. Setelah setiap sambungan digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton yang bersebelahan harus dibersihkan. Penggergajian untuk membentuk sambungan harus dilakukan segera mungkin setelah beton cukup mengeras agar pengergajian dapat dilakukan dengan hasil yang rapi tanpa menimbulkan keretakan, dan umumnya tidak kurang dari 4 jam tetapi dalam segala hal tidak lebih dari 10 jam setelah pemadatan akhir beton, diambilmana yang lebih pendek waktunya. Semua sambungan harus dibentuk dengan pemotongan sebelum terjadi retak susut yang tidak terkendali. Bila perlu, operasi penggergajian harus dilakukan siang dan malam dalam cuaca apapun. Penggergajian untuk membentuk sambungan harus dilakukan bilamana keretakan terjadi pada atau dekat lokasi gergajian pada saat sebelum digergaji. Penggergajian untuk membentuk sambungan tidak boleh dilanjutkan bilamana keretakan meluas didepan gergajian. bilamana terjadi kondisi estrim sedimikian hingga tindaklah praktis untuk mencegah keretakan dengan penggergajian yang lebih dini, alur sambungan kontraksi harus di buat sebelum beton mencapai pengerasan bertahap. Awal sebagaimana di sebutkan diatas. Secara umum, setiap sambunganharus dibentuk dengan penggergajian yang berurutan dan teratur.

5.5 PELAKSANAAN
1) umum
Sebelum mulai pekerjaan beton, semua pekerjaan lapis pondasi bawah dan yang berdekatan harus sudah selesai atau disetujui pengawas / staff teknis.
Servis elevasi harus dilakukan pada lapis pondasi bawah dan setiap lokasi yang lebih tinggi 5 mm dari elevasi rancangan harus diperbaiki sebelum dilakukannya setiap pekerjaan berikutnya.
2) acuan dan alat pengendali elevasi
Acuan dan alat pengendali elevasi (jenis kawat atau lainnya) harus dipasang secukupnya di muka bagian pengerasan yang sedang dilakukan agar diperoleh kinerja dan persatuan atas semua operasi yang sedang diperlukan pada atau berdekatan dengan garis garis acuan. Acuan harus dipasang pada tempatnya dengan menggunakan sekurang-kurangnya 3 paku untuk ruas sepanjang 3 m. Paku harus diletakkan pada setiap ujung sambungan. Bagian bagian acuan harus kokoh dan tidak goyah. Perbedan permukaan acuan dari garis yang sebenarnya tidak boleh lebih dari 5 mm. Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tahan, tanpa terlihat adanya lentingan atau penurunan, terhadap benturan dan tehadap benturan dan getaran dari peralatan pemadat dan penyelesaian. Acuan harus bersih dan dilapisi pelumas sebelum beton dihamparkan, ceceran beton yang tertumpah pada permukaan beton yang telah selesai dihampar halus disingkirkan dengan cara yang disetujui.
Alinyemen dan elevasi kelandaian acuan harus di periksa dan bila perlu diperbaiki oleh penyedia jasa segera sebelum beton dicor. Bilamana acuan berubah posisinya atau kelandaiannya tidak stabil, maka harus diperbaiki dan diperiksa ulang.
Bagian atas acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang dengan toleransi elevasi tidak melampaui -10 mm sampai + 10 mm relatif terhadap rancangan elevasi permukan yang telah selesai. Lagipula, acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang sedemikian hingga tidak ada satu titikpun pada ketebalan plat beton yang setelah pengecoran dan pemadatan akan kurang dari tebal rancangan.
3) Pemasangan Plastik Cor
Sebelum pengecoran dimulai, pada lapisan bawah dan samping sebelum cor beton dipasang plastik cor (lapisan kedap air) sehingga Air semen tidak turun dan meresap kebawah.
4) pengecoran beton
Beton harus dicor dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga pekerjaan pemindahan sedapat mungkin dihindari. Kecuali truck pencampur, truck pengaduk, atau alat angkutan lainya yang dilengkapi dengan alat penumpah beton tanpa menimbulkan segregasi bahan , beton dihamparkan secara manual sedemikian rupa untuk mencegah segregasi. Penghamparan harusdilakukan secara menerus diantara sambungan melintang tanpa sekatan sementara. penghamparan secaramanual harus dilakukan dengan memakai sekop bukan perlengkapan perata (rakes) pekerja tidak boleh menginjak hamparan beton yang masih baru dengan memakai sepatu yang dilekati oleh tanah maupun kotoran lainya.
Beton harus di padatkan merata pada tepi dan sepanjang acuan, sepanjang dan pada kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator yang dimasukan kedalam beton. Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi acuan. Vibrator tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat.
Cairan beton yang tertumpah pada permukaan beton yang telah selesai dihampar harus disingkirkan dengan cara yang disetujui.
5) penyelesain dengan tangan
Bila perkerasan beton relatif kecil atau bentuknya tidak beraturan, atau dengan persetujuan staff teknis jika tempat kerja sangat terbatas untuk dilaksanakan dengan metode yang disyaratkan, beton harus didistribusikan dan dihampar dengan tangan tanpa segregasi atau prapemadatan.
Penghamparan perkerasan beton bertulang harus di laksanakan dalam dua lapis, lapispertama harus di hamparkan, dibentuk dan dipadatkan sampai level tertentu sehinggabaja tulangan setelah terpasang mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera setelahpemasangan baja tulangan maka lapis atas beton harus dituangkan dan diselesaikan.

6) Penyetrikaan Permukaan Beton
Beton yang diratakan dengan alat perata (penyetrika) beton manual harus dilaksanakan minimal 2 kali lintasan.
7) memperbaiki permukaan
Setelah penyetrikaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih plastis, bagian yang ambles harus segera diisi dengan beton baru, dibentuk, dipadatkan dan diselesaikan (finishing) lagi. Lokasi yang memonjol harus di potong dandiselesaikan (finishing) lagi. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwapermukaan sambungan memenuhi kerataan yang disyaratkan. Perbaikan permukaan harus dilanjutkan sampai seluruh permukaan didapati bebas dari perbedaan tinggi pada permukaaan dan perkerasan beton memenuhi kelandaian dan penampang melintang yang diperlukan. Perbedaan tinggal permukaan menurut pengujian mistar lurus (strainghtedge) tidak boleh melebihi toleransi yang disyaratkan.
8) membentuk tepian
Segera setelah beton di bentuk dan dipadatkan, tepi perkerasan beton di samping acuan dan pada sambungan harus di selesaikan dengan perkerasan (edging tool) untuk membentuk permukaan seperempat lingkaran yang halus dengan radius tertentu, bilamana tidak ditentukan lain pada gambar, adalah 12 mm.
9) penyelesaian pekerjaan
Setelah sambungan dan tepian selesai dikerjakan, dan sebelum bahan perawatan pada permukaan beton digunakan, permukaan beton harus dikasar dengan disikat tegak lurus dengan garis sumbu (centreline) jalan. Jarak dan dimensi alur sesuai dengan gambar rencana.
10) perawatan ( curing )
Permukaan perkerasan beton semen yang terekspos harus segera dirawati dengan penyemprotan air segera setelah permukaan tersebut selesai dikasarkan dengan sikat sesuai dengan kondisi berikut ini :
Bahan perawatan dapat berupa geotextile , karung kain (ghoni) , lapisan tanah lempung atau potongan rumput/padi dan di semprotkan air dengan merata dalam 2 kali penyemprotan
i) Pertama tama dalam waktu 15 menit setelah kondisi air permukaan “tidak begitu mengkilap “, dan
ii) Yang ke dua 10 sampai 30 menit setelah itu atau sebagaimana di sarankan pengawas / staff teknis.
iii) Penyemprotan dilakukan sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.

Sebagai tambahan, apabila melakukan penghamparan pada segmen baru baik arah melintang atau arah memanjang, maka pada perkerasan beton yang telah di cor sebelumnya dalam umur kurang dari 7 hari harus di lakukan penyemprotan ulang minimum 2 m pada sisi yang bersebelahan baik melintang atau memanjang, dan dapat diperluas pada lokasi yang sering di lalui orang selama pengecoran.


13.    Lapis Pondasi Agregat Kelas A untuk Pekerjaan Minor
Pelaksanaan pekerjaan ini menggunakan alat ( secara mekanik ) yaitu : Wheel Loadermencampur & memuat Agregat ke dalam Dump Truck di Base Camp Dump Truckmengangkut Agregat ke lokasi pekerjaan dan dihampar secara manual Hamparan Agregatdibasahi dengan Water Tank Truck sebelum dipadatkan dengan Pedestrian Roller, Sekelompok pekerja membuat galian lubang/patching, merapikan tepi hamparan dan level permukaan dengan menggunakan Alat Bantu. Pekerjaan ini menggunakan material LapisPondasi Agregat Kelas A.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi diatas permukaan yang telah disiapkan.
14.   Campuran Aspal Panas Untuk Pekerjaan Minor
Pencampuran dilakukan dengan Asphal Mixing Plant, diangkut dengan dump truck dandihampar dengan asphal finisher, dipadatkan dengan tandem Roller dan Pneumatic TyreRoller. serta dirapikan oleh pekerja dengan alat bantu. Dilaksanakan sesuai denganrencana.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet untuk lapis perata, lapis pondasi atau lapis campuran aspal yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampurdi AMP, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut diatas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan.
PENYIAPAN TANAH DASAR DAN LAPIS PONDASI BAWAH
Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama dengan persyaratan tanah dasar untuk perkerasan lentur, baik mengenai daya dukung, kepadatan maupun kerataannya.
Lapis pondasi bawah untuk perkerasan kaku dapat berupa lean concrete (beton kurus), atau bahan berbutir yang bisa berupa agregat atau lapisan pasir (sand bedding). Lapis pondasi bawah tidak dimaksudkan untuk ikut menahan beban lalu lintas, tetapi lebih berfungsi sebagai lantai kerja dan sebagai fasilitas drainase agar air dapat bebas bergerak di bawah plat beton tanpa mengerosi butir-butir tanah yang membentuk tanah dasar. Oleh karena itu biasanya lapis pondasi bawah dari bahan berbutir harus memenuhi persyaratan sebagai filter material.
Persiapan penting yang harus dilakukan sebelum penghamparan plat beton meliputi berbagai hal seperti membentuk, membuat penyesuaian-penyesuaian seperlunya pada permukaan tanah dasar atau lapis pondasi bawah, dan bila perlu, menambahkan air dan memadatkan kembali permukaan disesuaikan dengan alinyemen dan potongan melintang seperti ditunjukkan dalam Gambar Rencana. Pembentukan permukaan secara teliti sangat penting bagi pelaksanaan ditinjau dari segi jumlah beton yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan.
Bila digunakan metode dengan acuan tetap (fixed form) dianjurkan agar lapis pondasi bawah dibuat paling sedikit 30 cm lebih lebar dari pada lebar plat beton yang akan dicor, pada masing-masing sisi memanjang hamparan, yang akan berguna sebagai landasan acuan tetap. Bila digunakan metode dengan acuan gelincir (slip form) hal tersebut tidak diperlukan, karena biasanya alat penghampar sudah dilengkapi peralatan otomatis untuk mengatur ketinggian penghamparan sesuai dengan yang direncanakan (string control).
Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas. Bagian-bagian, yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan kepadatan. Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur ketinggian otomatis, maka alat tersebut dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang akan dibentuk.
1.      Persyaratan dan Pemeriksaan Bentuk Akhir
Sebelum dilakukan penghamparan beton, tanah dasar atau lapisan pondasi bawah diperiksa kepadatan dan bentuk penampang melintangnya.
Permukaan lapisan yang akan dicor beton harus senantiasa bebas dari benda-benda asing, sisa-sisa beton, dan kotoran-kotoran lainnya.
2.      Pemasangan Membran Kedap Air
Membran kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap air setebal 125 micron yang berguna agar air semen dari plat beton yang dicor tidak meresap ke dalam lapisan di bawahnya, dan juga untuk mencegah adanya ikatan antara plat beton dengan lapis pondasi bawah yang akan mengakibatkan terjadinya retak-retak pada plat beton setelah terjadinya penyusutan pada waktu pengerasan beton.
Membran kedap air tersebut dipasang di atas permukaan lapis pondasi bawah yang telah siap. Lembar-lembar yang berdampingan dipasang overlap,
dengan lebar tumpang-tindih tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah memanjang.
Pemasangan lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah sobeknya lembar-lembar tersebut, dan harus dipaku ke permukaan lapis pondasi bawah agar tidak mudah tergulung akibat tiupan angin.
3.      ACUAN
Persyaratan
Acuan (bekisting / form) yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban-beban selama pelaksanaan. Kekuatan acuan yang terbuat dari baja lurus, harus diuji, dan harus memenuhi persyaratan bahwa acuan harus tidak melendut lebih besar dari 6,4 mm (1/4 inch) bila diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3 m (10 ft) dan beban yang sama dengan berat mesin penghampar atau peralatan pelaksanaan lainnya yang mungkin akan bergerak di atasnya.
Tebal baja yang biasanya digunakan adalah 6,4 mm (1/4 inch) dan 8 mm (5/16 inch). Bila acuan harus mendukung alat penghampar beton yang berat, ketebalannya tidak boleh kurang dari 8 mm (5/16 inch). Dianjurkan agar acuan mempunyai tinggi yang sama dengan tebal rencana pelat beton dan lebar dasar acuan sama dengan 0,75 kali tebal pelat beton tapi kurang dari 200 mm (8 inch).
Acuan harus dipasang sedemikian rupa sehingga cukup kokoh, tidak melentur atau turun akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat pemadat. Lebar flens penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari acuan tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan.
Dalam pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan variasi kerataan bidang atas acuan tidak boleh lebih dari 0,32 cm (1/8 inch) untuk setiap 3 m (10 ft) panjang dan kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 0,64 cm (1/4 inch) untuk setiap 3 m (10 ft) panjang.
Ujung-ujung acuan yang berdampingan harus mempunyai sistem penguncian untuk menyambung dan mengikat erat acuan-acuan tersebut. Pada lengkungan dengan jari-jari kecil dianjurkan untuk menggunakan acuan yang dapat dibengkokkan (flexible form) atau acuan melengkung.
Untuk pekerjaan-pekerjaan yang relatif kecil, yang bersifat padat karya, maka acuan dari kayu dapat digunakan, untuk alat perata dapat menggunakan vibrator perata biasa (besi profil yang dilengkapi mesin penggetar dan ditarik tenaga manusia). Kayu untuk keperluan ini dibuat dari kayu yang cukup kuat dengan baja siku dipasang di atasnya, dengan angkur pemegang setiap 0,5 meter.
Pemasangan Acuan
Pemasangan acuan baja maupun kayu pada prinsipnya harus mengikuti ketentuan-ketentuan di bawah ini.
Pondasi acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen dan ketinggian jalan yang bersangkutan sehingga acuan yang dipasang dapat disangga secara seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada elevasi yang benar.
Pembuatan galian untuk meletakkan acuan pada ketinggian yang tepat, sebaiknva dilakukan, dengan cara mengupas / mengeruk. Bekas galian di kiri dan kanan pondasi acuan, harus diisi dan dipadatkan kembali. Alinyemen acuan baru harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki memanjang penghamparan beton.
Bila terdapat acuan yang rusak atau sesudah perbaikan pondasi yang tidak stabil, acuan harus disetel kembali. Acuan harus dipasang cukup jauh di depan tempat penghamparan beton sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan tanpa mengganggu kelancaran penghamparan beton.
Acuan dipasang pada posisi yang benar, dan tanah dasar atau lapis pondasi bawah pada kedua sisi luar dan dalam harus dipadatkan dengan baik menggunakan alat pemadat mesin atau manual. Acuan harus disangga pada tempatnya, paling sedikit setiap 3 m (10 ft).

BAB. IV. PEKERJAAN PENUNJANG

Pekerjaan penunjang adalah pekerjaan-pekerjaan yang mempengaruhi kelancaran dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut. Termasuk pengaturan rambu lalu lintas, antisipasi cuaca, jembatan sementara (apabila diperlukan).

1.      Pengaturan Rambu Lalu-lintas.
Demi kelancaran dan keamanan serta kenyamanan bagi pengguna jalan maka untuk itu kami akan buat rambu-rambu lalu-lintas yang akan di pasang pada minimal 200m’ sebelum dan sesudah lokasi pekerjaan, dan sepanjang lokasi pekerjaan.
Demi kelancaran pekerjaan dan kelancaran arus lalu lintas kami juga akan melaksanakan penutupan dengan sistim penutupan setengah lajur jalan/setengah badan jalan dan apabila sangat mendesak, maka akan kami gunakan dengan sistim buka-tutp jalur yang akan dijaga oleh penjaga rambu pada awal dan akhir pekerjaan dengan dilengkapi alat komunikasi dan lampu penerangan serta lampu rambu yang memadai. Apabila diperlukan kami akan meminta bantuan satlantas dalam pengaturan arus lalu-lintas.

2.      Penempatan Material.
Dalam hal penempatan materil pada lokasi pekerjaan, diusahakan untuk penempatan material dilakukan ditepi/bahu jalan (tidak mengganggu badan jalan). Apabila tidak ada lokasi / sampai mengganggu pengguna jalan maka akan kami pasang rambu.
Dan dalam droping material kami usahakan kalu material tersebut akan segera digunakan, sehingga diusahan material yang dating sekali habis. Agar tidak mengganggu pengguna jalan.


3.      Penerangan.
Apabila dilaksanakan pekerjaan pada malam hari maka kami akan menyediakan penerangan yang cukup dengan mengadakan alat genset, serta lampu-lampu yang terang sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan sesaui dengan spek.
Untuk kelancaran lalu-lintas penerangan juga kami pasang pada awal dan akhir pekerjaan dan pada beberapa sepanjang lokasi pekerjaan sehingga pengguna jalan dapat melihat bahwa di daerah tersebut sedang ada pekerjaan jalan.

4.      Antisipasi Cuaca.
Untuk antisipasi cuaca, pada setiap dump truck kami lengkapi dengan terpal, sehingga apabila pada saat bermuatan terjadi hujan material langsung ditutup dengan terpal. Dan pada saat dump truck bermuatan hotmix, maka bak dump truck selalu ditutup terpal agar suhu tetap terjaga.
Selain terpal kami juga menyediakan plastik untuk penutupan agregat apabila sebelum tergelar padat sudah terjadi hujan.
Mengingat jarak antara AMP dengan lokasi pekerjaan tidak begitu jauh, maka terutama pada saat penggelaran hotmix kami akan selalu berkomunikasi tentang cuaca di lapangan dan di AMP/Base Camp.


BAB. V. PENCAPAIAN INDIKATOR KERJA

a). Metode pengopersian pemeliharaan perbulan.

Dalam pengopersian pemeliharaan kami pantau selalu melalu penempatan personil inti dan penempatan peralatan utama untuk masa pemeliharaan. Dan apabila ditemukan kerusakan pada hasil pekerjaan maka kami akan segera memperbaikinya.
Tingkat Layanan Jalan yang ditentukan berdasarkan indikator kinerja jalan dan batas waktu tanggap penanganan sesuai Kelas Jalan dihitung sejak diterimanya surat peringatan/pemberitahuan dari PPK atau Direksi Teknis sesuai tabel dibawah ini:
b. Pengelolaan peralatan perbulan.
Peralatan yang kami sediakan adalah peralatan milik sendiri dan sewa jangka panjang (sampai masa pemelliharaan berakhir. Dan peralatan tersebut kami letakkan di lokasi pekerjaan dan kami rawat setiap saat sehingga apabila sewaktu-waktu diperlukan bisa dimanfaatkan dengan baik.

c. Penempatan personil perbulan.
Untuk peronil yang kami gunakan adalah personil tetap dan personil free line ttetapi sampai dengan serah terima kedua, sehingga untuk personil tersebut apabila belum selesai pekerjaannya masih bertanggung jawab atas hasil pekerjaan tersebut. dan personil sebelum masa waktu pemeliharaan selesai di tempatkan dilokasi pekerjaan.

BAB. VI. PENUTUP

Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangit)adalah pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pokja 6 ULP Provinsi Utara
Target panjang Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangit)ini sekitar 2700 m’ / 2,7 KM dan lokasi berada di kabupaten Silangit, Provinsi Utara. Jangka waktu pelaksanaan pada pekerjaan ini adalah selama 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender dan jangka waktu pemeliharaan selama 360 (Tiga Ratus Enam Puluh) hari kalender.

Pekerjaan Penunjang untuk pekerjaan ini antara lain : Pengaturan lalu-lintas, Penempatan material, Penerangan, dan antisipasi cuaca.
Pencapaian indicator kerja dengan cara kami control/survey dan penempatan personil inti serta peralatan untuk pemeliharaan, agar apabila terdapat kerusakan bisa langsung/segera diatasi.

Demikian Metode pelaksanaan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya untuk kelancaran paket pekerjaan tersebut.





3 komentar:

PERATURAN LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TAHUN 2021

   Hallo sobat Penyedia Barang dan Jasa Konstruksi, pada kesempatan kali ini saya akan mencoba mengulas sedikit tentang Pedoman Pelaksanaan ...