BAB I. PENDAHULUAN
I.1. LATAR
BELAKANG
Latar belakang adanya Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangit)
dikarenakan pada ruas jalan tersebut
merupakan jalur utama penghubung antar Kabupaten di
sekitarnya.
Pada ruas jalan tersebut banyak
badan jalan yang mengalami kerusakan, baik rusak retak buaya maupun berlubang
serta mengalami penurunan untuk lapis pondasi bawah.
Akibat dari kerusakan
tersebut banyak pengguna jalan yang terjatuh, karena kerusakan setiap hari
bertambah.
Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangit) dilaksanakan oleh Pokja ULP Terkait.
Untuk paket pekerjaan ini
pemerintah menganggarkan dana dengan nilai HPS sebesar Rp 7.165.800.000,-(Tujuh Milyar Seratus Enam Puluh Lima Juta Delapan Ratus
Ribu Rupiah) dengan
target panjang pekerjaan sepanjang 2700 m’/2,7 KM dengan jangka waktu pelaksanaan selama 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender dan jangka
waktu pemeliharaan selama 360 (Tiga Ratus Enam Puluh) hari kalender.
I.2. MAKSUD DAN
TUJUAN
Maksud dan tujuan dari dibangunnya
paket ini adalah untuk :
- Meningkatkan kelancaran arus
lalu-lintas.
- Mengurangi angka kecelakaan.
- Meningkatkan rasa nyaman bagi
pengguna jalan.
- Meningkatkan ketertiban
berlalu-lintas.
I.3. LOKASI
Lokasi Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangit) berada di Kabupaten Silangit, Provinsi Utara.
I.4. LINGKUP
PEKERJAAN
Lingkup pekerjaan pada Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangit) meliputi
:
1.
DIVISI
1. UMUM
1.2 Mobilisasi
1.8 (1) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas
2.
DIVISI
2. DRAINASE
2.1 (1) Galian
untuk Selokan Drainase dan Saluran Air
3.
DIVISI
3. PEKERJAAN TANAH
3.1 (3) Galian Struktur Dengan kedalaman 0-2 meter
3.1 (6) Galian Perkerasan Beraspal Dengan Cold Milling Machine
3.2 (1b) Timbunan
Biasa Dari Galian
3.3.(2a) Timbunan Pilihan Dari Sumber Galian
3.3.(1) Penyiapan Badan Jalan
4.
DIVISI
4. PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN
4.2 (2a) Lapis
Pondasi Agregat Kelas B
4.2 (2b) Lapis Pondasi Agregat Kelas S
5.
DIVISI
5. PERKERASAN BERBUTIR DAN PERKERASAN BETON SEMEN
5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A
5.3.(1a) Perkerasan Beton Semen (Tanpa Tulangan)
5.3.(3) Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus
6.
DIVISI
6. PERKERASAN ASPAL
6.1 (2)a Lapis Perekat – Aspal Cair
6.3 (5)a Laston Lapis Aus (AC – WC)
6.3 (6)c Laston Lapis Antara Perata
(AC – BC(L)
6.3.8 Bahan Anti Pengelupasan
7.
DIVISI
7. PEKERJAAN STRUKTUR
7.1 (7)a Beton Mutu Sedang Dengan Fc’ = 20 MPa (K-250)
7.1 (10) Beton Mutu Rendah Dengan Fc’= 10 MPa (K-125)
7.3 (1a) Baja
Tulangan U 24 Polos (Untuk Perkerasan Beton)
7.3 (3) Baja Tulangan U 32 Ulir
7.3 (3a) Baja
Tulangan U 32 Ulir (Untuk Perkerasan Beton)
7.9.1 Pasangan
Batu
8.
DIVISI
8. PENGEMBALIAN KONDISI DAN PEKERJAAN MINOR
8.1 (1) Lapis Pondasi Agregat Kelas A Untuk Pekerjaan Minor
8.1 (5) Campuran Aspal Panas Untuk Pekerjaan Minor
8.4.(4c) Rambu
Informasi Jalan (Sesuai Gambar)
8.4.(5) Patok Pengarah
8.4.(6)a Patok Kilometer
8.4.(6)b Patok Hektometer
8.4.(7) Rel Pengaman
9.
DIVISI
9. PEKERJAAN HARIAN
10.
DIVISI
10. PEKERJAAN PEMELIHARAAN RUTIN
10.1 (2) Pemeliharaan Rutin Bahu Jalan
10.1 (3) Pemeliharaan Rutin Selokan, Saluran Air,
Galian dan Timbunan
10.1 (4) Pemeliharaan Rutin Perlengkapan Jalan
10.1 (5) Pemeliharaan Rutin Jembatan
BAB. II. METODE PENYELESAIAN PEKERJAAN
Metode penyelesaian
pekerjaan dapat digambar dengan bagan alir pelaksanaan pekerjaan sebagai
berikut :
- Baca Juga : Contoh Metode Pelaksanaan Rehab Jembatan Paling Lengkap
- Baca Juga : METODE PELAKSANAAN JARINGAN IRIGASI
BAB. III. PEKERJAAN UTAMA
Dalam Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangit) ini yang termasuk dalam Item Pekerjaan Utama antara lain :
Dibawah ini akan
dijabarkan lebih luas pengertian tentang item pekerjaan utama diatas serta
digambarkan bagaiman cara pengerjaan serta penggunaam alat dan lama waktu
pelaksanaan pada paket tersebut.
1.
Pasangan
Batu
Ø Penyiapan Formasi atau Pondasi
· Formasi untuk pelapisan pasangan batu disiapkan.
Ø Penyiapan batu
Batu dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat mengurangi kelekatan dengan adukan. Sebelum pemasangan, batu dibasahi seluruh permukaannya dan diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
Batu dibersihkan dari bahan yang merugikan, yang dapat mengurangi kelekatan dengan adukan. Sebelum pemasangan, batu dibasahi seluruh permukaannya dan diberikan waktu yang cukup untuk proses penyerapan air sampai jenuh.
Ø Pemasangan Lapisan Batu
· Suatu landasan dari adukan semen
paling sedikit setebal 3 cm harus dipasang pada formasi yang telah disiapkan. Landasan adukan ini
dikerjakan sedikit demi sedikit sedemikian rupa sehingga permukaan batu akan
tertanam pada adukan sebelum mengeras.
· Batu ditanam dengan kuat di atas landasan
adukan semen sedemikian rupa sehingga satu batu berdekatan dengan lainnya
sampai mendapatkan tebal pelapisan yang diperlukan dimana tebal ini akan diukur
tegak lurus terhadap lereng. Rongga yang terdapat diantara satu batu dengan
lainnya diisi adukan dan adukan ini harus dikerjakan sampai hampir sama rata
dengan permukaan lapisan tetapi tidak smpai menutupi permukaan lapisan.
· Pekerjaan dimulai dari dasar lereng
menuju ke atas, dan permukaan segera diselesaikan setelah pengerasan awal
(initial setting) dari adukan dengan cara menyapunya dengan sapu yang kaku.
· Permukaan yang telah selesai
dikerjakan dirawat seperti yang disyaratkan untuk pekerjaan beton sesuai dengan
ketentuan.
· Lereng yang bersebelahan dengan bahu
jalan harus dipangkas dan dirapikan untuk memperoleh bidang antar muka yang
rapat dan halus dengan pasangan batu dan mortar sehingga akan memberikan
drainase yang lancar dan mencegah gerusan pada tepi pekerjaan pasangan batu
dengan mortar.
Ø Pelaksanaan Pasangan Batu Dengan
Mortar Untuk Pekerjaan Struktur
· Tumit (cut off wall) dan struktur
lainnya yang dibuat dalam galian parit dimana terdapat kestabilan akibat daya
daya lekat tanah atau akibat disediakannya cetakan, dilaksanakan dengan mengisi
galian atau cetakan dengan adukan setebal 60% dari ukuran maksimum batu yang
digunakan dan kemudian dengan segera memasang batu di atas adukan yang belum
mengeras. Selanjutnya adukan segera ditambah dan proses tersebut diulangi
sampai cetakan tersebut terisi penuh. Adukan berikutnya segera ditambah lagi
sampai ke bagian puncak sehingga memperoleh permukaan atas yang rata.
· Bilamana bentuk batu sedemikian rupa
sehingga dapat saling mengunci dengan kuat, dan bilamana digunakan adukan yang
liat, pekerjaan pasangan baru dengan mortar untuk struktur dapat pula dibuat
tanpa cetakan, sebagaimana yang diuraikan untuk pasangan batu.
· Permukaan pekerjaan pasangan batu
dengan mortar untuk struktur yang terekspos diselesaikan dan dirawat seperti
yang disyaratkan di atas untuk pelapisan batu.
· Penimbunan kembali di sekeliling struktur
yang telah selesai dirawat ditimbun sesuai dengan ketentuan.
2.
Galian Biasa
Pekerjaan
ini mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan tanah atau batu
atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian
pekerjaan
Prosedur penggalian:
1) Penggalian dilaksanakan menurut
kelandaian, garis dan elevasi yang ditentukan dalam gambar atau ditunjukkan
oleh Pengguna Barang/Jasa dan mencakup pembuangan semua bahan dalam bentuk
apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton, pasangan batu dan
bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanent.
2) Pekerjaan galian dilaksanakan dengan
gangguan yang seminimal mungkin terhadap bahan di bawah dan di luar batas
galian.
3) Bilamana bahan yang terekpos pada
garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam keadaan terlepas atau lunak
atau kotor atau menurut pendapat pengguna barang/jasa tidak memenuhi syarat,
maka bahan tersebut diganti dengan bahan yang memenuhi syarat.
4) Bilamana batu,lapisan keras sulit dibongkar,
maka bahan harus digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan
merata. Tonjolan batu yang runcing pada permukaan dan batu D<15 cm dibuang.
Profit galian diperoleh dengan cara menimbun kembali.
3.
Galian Perkerasan Beraspal Dengan Cold Milling Machine
Daerah lapisan perkerasan yang telah
mengalami kerusakan akan ditandai kemudianLapisan perkerasan dibongkar dengan Cold Milling
Machine. Hasil bongkaran di muat kedalam
dump truk. Dump truk membuang hasil galian keluar lokasi.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini mencakup pemberian
tanda pada permukaan aspal yang akan di gali, penggalian dengan menggunakan mesin cold milling dan membuangan hasil galian perkerasan
dengan menggunakan dump truck ke luar lokasi.
4.
Lapis Pondasi Agregat Kelas B
Pelaksanaan pekerjaan ini menggunakan alat
( secara mekanik ) yaitu : Wheel Loadermencampur & memuat Agregat ke dalam
Dump Truck di Base Camp Dump. Truckmengangkut Agregat ke lokasi pekerjaan dan
dihampar dengan motor greder. HamparanAgregat dibasahi dengan Water Tank
sebelum dipadatkan dengan Tandem Roller.Pekerjaan ini menggunakan material
Lapis Pondasi agregat Kelas B. Selama pemadatan sekelompok pekerja akan merapikan hamparan
dengan menggunakan alat bantu. LPA Klas B digunakan untuk pelebaran badan jalan sesuai
dengan rencana.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini meliputi pengadaan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi
diatas permukaan yang telah disiapkan.
5.
Lapis
Agregat Kelas S.
Lapis Agregat Kelas S adalah digunakan untuk perkerasan bahu
jalan. Lapis Agregat Kelas S berada di kanan dan kiri badan jalan.
Langkah kerja :
a) Sebelum Lapis Agregat Kelas S di datangkan ke lokasi pekerjaan
maka perlu diselesaikan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan sebelum pekerjaan
ini, seperti : Overlay Laston Lapis Aus (AC–WC) telah selesai dilaksanakan.
Bahan-bahan untuk Agregat Kelas S sebelum di campur untuk digunakan dilapangan
perlu dilaksanakan percobaan campuran di base camp terlebih dahulu disertai
dengan bukti tertulis dari hasil percobaan tersebut agar material di lapangan
bisa langsung diterima.
b) Material didatangkan ke lokasi
pekerjaan dengan menggunakan dump truck. Material yang didatangkan adalah
material hasil campuran berdasarkan hasil percobaan yang telah diterima oleh
direksi pekerjaan.
c) Setelah material datang dilapangan,
hampar material dengan menggunakan Motor Grader dengan ketebalan sesuai dengan
keadaan dilapangan dan dengan lebar sesuai dengan rencana. Selama Motor Grader
bekerja, beberapa tenaga merapihkan hasil hamparan.
d) Setelah selesai penggelaran , siram
agregat dengan water tank truck dan dipadatkan dengan vibratory roller.
e) Setelah pekerjaan ini selesai, maka
dapat dilaksanakan pekerjaan selanjutnya.
Untuk analisa penggunaan
tenaga, bahan, peralatan serta waktu penyelesain digunakan sesuai dengan
analisa yang ada di dalam AHSP/ATSP.
6.
Lapis Perekat – Aspal Cair
Dikerjakan
secara mekanik dengan urutan kerja sebagai berikut Aspal dan minyak
Fluxdicampur dan dipanaskan sehingga menjadi campuran aspal cair Permukaan yang
akandilapis dibersihkan dari debu dan kotoran dengan Air Compresor. Di
semprotkan denganmerata dengan asphal sprayer pada badan jalan yang akan
dipasang Lapisan Lataston LapisAus (HRS-WC) 3,0 cm (gradasi senjang/semi
senjang).Campuran aspal cair disemprotkan dengan Asphalt Sprayer ke atas
permukaan yang akan dilapis.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini mencakup penyediaan dan penghamparan
bahan aspal pada permukaan yangtelah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan
lapisan beraspal berikutnya. Dan dihampardiatas permukaan yang beraspal.
7.
Laston
Lapis Aus (AC-WC).
Laston
Lapis Aus (AC-WC) adalah jenis Lapis Pondasi Atas yang yang digunakan untuk
penutup lapisan paling atas pada pekerjaan ini.
Dipergunakan
sebagai lapis aus yang mempunyai nilai struktural dengan tingkat kekedapan air
cukup. Laston cocok untuk perkerasan yang mengalami peningkatan pelapisan
secara berkala untuk mencapai tebal rencana perkerasan. Tebal nominal padat
yang digunakan 5 cm. Pekerjaan ini mencakup penyiapan material, penghamparan,
pemadatan diatas pondasi jalan yang telah disiapkan atau diatas permukaan jalan
lama.
Pelaksanaan Campuran Aspal Panas
a) Agregat dan aspal dicampur di dalam
Asphalt Mixing Plant dalam keadaan panas. Campuran aspal panas yang selesai
dicampur didalam AMP diangkut dengan Dump truck ke lapangan. Temperatur yang
diijinkan adalah sebagai berikut :
Suhu
agregat 154-174
oC
Suhu
asphalt 140-160
oC
Suhu
pencampuran didalam AMP <
165 oC
Suhu
campuran aspal panas di atas Dump Truck
> 135 oC
b) Pada saat Dump Truck meninggalkan AMP,
campuran aspal panas diatas bak Dump Truck ditutup dengan terpal untuk pencegah
penurunan temperature campuran aspal panas.
c) Di lokasi penghamparan campuran
aspal, permukaan jalan yang akan dilapisi dengan diberi lapis perekat ( tack
coat ) terlebih dahulu
d) Penyerahan campuran aspal panas ke
dalam Asphalt Finisher harus dalam keadaan padas pada temperature antara 120 –
150 oC
e) Pemadatan pertama (Breakdown Rolling)
dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal panas antara 110 – 120 oC
f) Pamadatan antara (Intermediate
Rolling) dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal panas antara 95 –
110 oC
g) Pemadatan akhir (Finishing Rolling)
dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal panas antara 80 -95 oC
h) Agar persyaratan teknis dipenuhi,
maka ketebalan akhir yang dicapai dari pelaksanaan ini tidak boleh kurang dari
10 % terhadap teba lnominal yang ditetapkan.
i)
Bila
dijumpai ketebalan akhir kurang dari persyaratan teknis yang dipersyaratkan,
maka hasil akhir tidak dapat diterima dan diadakan pelapisan ulang dengan
ketebalan minimal 1,5 kali sentimeter agrgat terbesar.
Untuk analisa penggunaan
tenaga, bahan, peralatan serta waktu penyelesain digunakan sesuai dengan
analisa yang ada di dalam AHSP/ATSP.
8.
Laston
Lapis Antara (AC-BC) dan Laston Lapis Antara Perata (AC-BC Levelling).
Laston
Lapis Antara (AC-BC) adalah lapis perkerasan yang berfungsi untuk
meratakan/leveling pada perkerasan badan jalan baru (diatas pelebaran).
Laston
Lapis Antara Perata (AC-BC Levelling) adalah lapis perkerasan yang berfungsi
untuk meratakan/leveling perkerasan badan jalan lama.
Dipergunakan diatas lapis
pondasi atas yang telah dipersiapkan atau diatas perkerasan dengan system
penetrasi macadam. Merupakan pelindung lapis Pondasi atas atau lapis perkerasan
dengan system penetrasi macadam. Pekerjaan ini mencakup penyiapan material,
penghamparan, pemadatan diatas pondasi jalan yang telah disiapkan atau diatas
permukaan jalan lama.
Pelaksanaan Campuran Aspal Panas
a) Agregat dan aspal dicampur di dalam
Asphalt Mixing Plant dalam keadaan panas. Campuran aspal panas yang selesai
dicampur didalam AMP diangkut dengan Dump truck ke lapangan. Temperatur yang
diijinkan adalah sebagai berikut :
Suhu agregat 154-174
oC
Suhu asphalt
140-160 oC
Suhu pencampuran didalam AMP < 165 oC
Suhu campuran aspal panas di atas Dump Truck > 135 oC
b) Pada saat Dump Truck meninggalkan
AMP, campuran aspal panas diatas hak Dump Truck
ditutup dengan terpal untuk pencegah penurunan temperature campuran
aspal panas.
c) Di lokasi penghamparan campuran
aspal, permukaan jalan yang akan dilapisi dengan diberi lapis perekat ( tack
coat ) terlebih dahulu
d) Penyerahan campuran aspal panas ke
dalam Asphalt Finisher dalam keadaan padas pada temperature antara 120 – 150 oC
e) Pemadatan pertama (Breakdown Rolling)
dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal panas antara 110 – 120 oC
f) Pamadatan antara (Intermediate
Rolling) dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal panas antara 95 –
110 oC
g) Pemadatan akhir (Finishing Rolling)
dilaksanakan pada saat temperature campuran aspal panas antara 80 -95 oC
h) Agar persyaratan teknis dipenuhi,
maka ketebalan akhir yang dicapai dari pelaksanaan ini tidak boleh kurang dari
10% terhadap tebal nominal yang telah ditetapkan.
Untuk analisa penggunaan
tenaga, bahan, peralatan serta waktu penyelesain digunakan sesuai dengan
analisa yang ada di dalam AHSP/ATSP.
9.
Aspal
Keras
Aspal
Minyak berfungsi sebagi pengikat agregat. Aspal minyak yang digunakan adalah
jenis aspal minyak Pen 60/70.
Semua
pekerjaan hotmix menggunakan campuran aspal minyak, tanpa campuran aspal minyak
maka agregat tersebut tidak bisa disebut dengan aspal panas.
Dalam
setiap jenis campuran sebelum dilakukan pencampuran untuk digunakan dilapangan
maka perlu di adakan percobaan pencampuran di AMP (Trial Mix) untuk mengetahui komposisi
material yang akan digunakan. Dan sebelum penghamparan dilapanganperlu
dilaksanakan percobaan di lapangan (Trial Compaction) untuk mengetahui tebal
rencana, Pemadatan awal, pemadatan antara dan pemadatan akhir/finishing.
10. Lapis
Pondasi Agregat Kelas A
Pelaksanaan
pekerjaan ini menggunakan alat ( secara mekanik ) yaitu : Wheel Loadermencampur
& memuat Agregat ke dalam Dump Truck di Base Camp Dump. Truckmengangkut
Agregat ke lokasi pekerjaan dan dihampar dengan motor greder. HamparanAgregat
dibasahi dengan Water Tank sebelum dipadatkan dengan Tandem Roller.Pekerjaan
ini menggunakan material Lapis Pondasi agregat Kelas A. Selama
pemadatansekelompok pekerja akan merapikan hamparan
dengan menggunakan alat bantu. LPAKlas a digunakan untuk pelebaran
badan jalan sesuai dengan rencana setelah material LPAklas B terampar dan
dipadatkan.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini meliputi pengadaan, pengangkutan,
penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi diatas permukaan
yang telah disiapkan.
11.
Perkerasan
Beton Semen Dan Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus
Perkerasan jalan beton semen atau perkerasan kaku,
terdiri dari plat beton semen, dengan atau tanpa lapisan pondasi bawah, di atas
tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton semen sering juga dianggap
sebagai lapis pondasi, kalau di atasnya masih ada lapisan aspal.
Plat beton yang kaku dan memiliki modulus
elastisitas
yang tinggi, akan mendistribusikan beban lalu lintas ke tanah dasar yang melingkupi daerah yang cukup luas. Dengan demikian, bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton itu sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan; dimana masing-masing lapisan memberikan kontribusinya.
yang tinggi, akan mendistribusikan beban lalu lintas ke tanah dasar yang melingkupi daerah yang cukup luas. Dengan demikian, bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton itu sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan; dimana masing-masing lapisan memberikan kontribusinya.
12. Beton
Mutu Sedang Dengan Fc’= 20 Mpa, (K-250)
Penyelesaian pekerjaan ini
dengan menggunakan material semen, pasir, krikil dan airdicampur dan diaduk
menjadi beton dengan menggunakan concrete mixer, Beton di cordalam bekisting
yang telah disiapkan. Untuk menjaga mutu beton maka dilakukan curingagar kuat
tekan beton di dapatkan sesuai dengan rencana.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini mencakup pengadaan material, pencampuran
antara semen portland, agregathalus, agregat kasar dan air pembentuk massa
padat. Mutu beton yang digunakan K-250seperti yang ditunjukkan pada gambar
rencana dan spesifikasi pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi
pembuatan perkerasan beton semen ( perkerasan kaku ) dan lapis pondasi bawah
yang di laksanakan dengan ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti yang
di tunjukan dalam gambar atau sebagaimana di perintahkan pengawas dan atau
staff teknis.
Toleransi dimensi
a) ketentuan yang di
isyratkan dalam pasal 5.3.5. harus digunakan
b) ketentuan yang di isyaratkan
dalam pasal 5.3.9. harus digunakan
Standar Rujukan
Ketentuan yang di isyaratkan
dalam spesifikasi ini harus di gunakan Standar Nasional Indonesia (SNI)
SNI 1972 : 2008 : cara uji
slump beton
SNI 1974 : 2011 : cara uji
kuat tekan beton
SNI 03-443-1997 :
spesifikasi beton siap pakai.
SNI 03-4810-1998 : metode
pembuatan dan perawatan benda uji beton dan lapangan.
SNI
03-6820-2002 : spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan plelesteran
dengan bahan dasar semen.
SNI 03-6969-203 : metode pengujian
untuk pengukuran panjang beton inti
hasilpengeboran.
pengajuan kesiapan kerja
Penyedia jasa harus
mengajukan rincian proposal rencana pengendalian mutu
Untuk aspek pekerjaan ini.
jadwal kerja dan
pengendalian lalu lintas
ketentuan yang disyaratkan
dalam pasal 5.5.8 harus di gunakan
Pemasokan beton campuran
siap pakai ( ready mix)
Beton yang dipasok sebagai
campuran siap pakai (ready mix) oleh pemasok yang berada di luar proyek harus
memenuhi ketentuan SNI 03-4433-1997. Kecuali disebutkan lain dalam kontrak,
maka “pembeli” dalam SNI 03-4433-1997 haruslah penyedia jasa. Syarat-syarat
umum dari kontrak dan ketentuan-ketentuan dari spesifikasi seksi 5.3 akan
didahulukan dari pada SNI 03-4433-1997.Penerapan SNI 03-4433-1997 tidak
membebaskan penyedia jasa dari setiap kewajibannya dalam kontrak ini.
5.2 BAHAN
mutu perkerasan beton semen
Bahan pokok untuk mutu
perkerasan beton semen harus sesuai dengan gambar rencana dan atau Dokumen
Pengadaan.
Ageregat halus harus
memenuhi AASHTO M6 dan pasal 7.1.2.(3)dari spesifikasi selain yang di sebabkan
di bawah ini. Ageregat halus harus terjadi dari bahan yang bersih, butiran yang
dilapisi oleh apapun dengan mutu yang seragam, dan harus :
a) Mempunyai ukuran yang
lebih kecil dari ayakan ASTM No.4(4,75mm)
b) Sekurang-kurangnya
terdiri dari 50% (terhadap berat) pasir alam
c) Jika duajenis agregat
halus atau lebih di campur, maka setiap sumber harus
memenuhi ketentuan-ketentuanyang disetujui
pengawas / staff teknis.
d) Setiap fariasi agregat
harus buatan halus terdiri dari batu pecah yang memenuhi pasal
Table
5.3.2.(2) sifat sifat agregat kasar Sifat
|
Ketentuan
|
Metode
pengajuan
|
Kehilangan
akibat abrasi los angles
|
Tidak
melampuhi 40% untuk 500 putaran
|
SNI
2417 : 2008
|
Berat
isi lepas
|
Minimum
1.200 kg/m
|
SNI
03-4804-1998
|
Berat
jenis
|
Minimum
2,1
|
SNI
19970 :2008
|
Penyerapan
oleh iar
|
Ampas
besi : maks 6%
Lainnya
: maks 2,5 %
|
SNI
1970 :2008
|
Bentuk
partikel pipih dan lonjong dengan rasio 3:1
|
Masing
masing maks 25%
|
ASTM
D-4791
|
Bidang
pecah (2 atau lebih)
|
Minimum
80%
|
ASTM
D-5821
|
4) Semen
Semen adalah bahan ikat
hidrolis yang digunakan dalam pekerjaan struktur beton dan pasangan beton;
Agar daya ikat semen tidak
mengalami penurunan, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Semen harus terlindung
dari hujan dan udara lembab;
Penumpukan zak semen
diusahakan minimum 25 cm dari dinding gudang, dan disusun diatas balok-balok
kayu minimum 20 cm diatas lantai;
Tumpukan semen dibatasi
maksimum 12 zak. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pengerasan semen akibat
berat diatas tumpukan semen tersebut;
Penumpukan diatur
berurutan sesuai urutan datangnya;
Pemeriksaan terhadap
kualitas semen di lapangan dilakukan dengan cara meremas butiran semen memakai
tangan, jika semen telah menggumpal atau mengeras tidak boleh dipakai;
Pengawas berhak menolak
dan atau menghentikan pekerjaan apabila dalam pelaksanaan pekerjaan Penyedia
Jasa menggunakan semen yang tidak memenuhi persyaratan;
Semen yang dipakai harus
Porland Cement dari segala merk yang ada di perdagangan dan yang dalam segala
hal memenuhi persyaratan beton tersebut di atas;
5) Air
Penyedia Jasa harus
menyampaikan kepada Pengawas tentang air kerja yang akan dipergunakan untuk
mendapatkan persetujuan;
Air untuk pembuatan dan
perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam, alkali, garam, bahan-bahan
organik atau bahan-bahan lain yang merusak beton dan atau baja tulangan. Dalam
hal ini sebaiknya dipakai air bersih yang dapat diminum;
Apabila terdapat keraguan
mengenai air, Penyedia Jasa diharuskan mengirimkan contoh air ke lembaga
pemeriksaan bahan-bahan yang diakui atau yang direkomendasi oleh Pengawas dan
staff teknis untuk diselidiki sampai seberapa banyak air itu mengandung zat-zat
yang dapat merusak beton dan atau baja tulangan. Dalam hal yang demikian
pekerjaan beton harus dihentikan sampai di dapat keputusan yang pasti mengenai
air yang dapat dipakai untuk konstruksi beton dan penghentian pekerjaan ini
tidak membebaskan rekanan dari waktu pelaksanaan seluruh pekerjaan yang telah
ditetapkan;
Jumlah air yang dipakai
untuk membuat adukan beton ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat
setepat-tepatnya;
6) Beton
a) Bahan Pokok Campuran
persetujuan untuk proporsi
bahan pokok campuran harus di dasarkan pada hasil percobaan campuran (trial
mix) yang di buat oleh penyedia jasa. Agregat kasar dan halus harus sesuai
dengan spesifikasi ini. Untuk menentukan rasio ageregat kasar dan agregat
halus, proporsi agregat halus harus di pertahankan seminimum mungkin. Akan
tetap, sekurang-kurang 40% agregat dalam campuran beton terhadap berat haruslah
agregat halus yang di definisikan sebagai agregat yang lolos ayakan 4,75 mm., Agregat gabungan tidak boleh mengandung bahan
yang lebih halus dari 0,075 mm sebesar 2 % kecuali bahan pozolan. Penyedia jasa
boleh memilih agregat kasar sampai ukuran maksimum 38 mm, asalkan : campuran
tidak mengalami segregasi; kelecakan yang memadai untuk instalasi yang
digunakan dapat dicapai dan kerataan permukaan yang di isyaratkan tetap dapat
di pertahankan. Menurut pendapatnya, staff teknis dapat meminta penyedia jasa
untuk mengubah ukuran agregat kasar yang telah dipilih oleh penyedia jasa.
Tidakan-tindakan
tambahan,termasuk penurunanukuran maksimum agregat,dapat dilakukan untuk mengendalikan
segregasi dari beton dalam acuan gelincir ( slip form ) yang berasal oleh truck
terakhir.
Ketika proporsi takaran yang
sesuai telah di putuskan dan disetujui, proporsi-proporsi tersebut hanya dapat
diubah dengan persetujuan staff teknis.
b) kadar bahan pengikat
untuk perkerasan beton semen
Berat semen yang disertakan
dalam setiap meter kubik beton yang terpadatkan untuk perkerasan beton semen
tidak boleh kurang dari jumlah semen untuk keperluaan pencapaian durabiitas
beton dan tidak lebih dari jumlah semen yang akan mengakibatkan suhu beton yang
tinggi. Ketentuan jumlah semen minimum dan jumlah semen maksimum harus
tercantum dalam dokumen rancangan campuran beton sesuai dengan kondisi
lingkungan pekerjaan dan disetujui oleh pengguna jasa.
c) kekuatan
Kekuatan minimum untuk kuat
tekan pada umur 28 hari untuk perkerasan beton semen di berikan dalam tabel
berikut ini :
Tabel 5.3.2.(3) kuat tekan
minimum untuk perkerasan beton semen
Uraian
Beton
percobaan campuran
Perkerasan
beton semen
(
pengendalian produksi )
Metode
pengujian
Ukuran
benda uji
|
Syarat
kuat tekan
(kg
/cm2)
K.350 s/d K500 untuk 28 hari
K.350 s/d K500 untuk 28 hari
SNI
1974 : 2011
Kubus150
x 150 x 150 mm
Silinder
150 x 300 mm
|
Catatan :
beton untuk perkerasan beton
semen dalam pekerjaan permanen harus memenuhi ketentuan kuat tekan minimum
untuk beton perkerasan yang di berikan dalam tabel 5.3.2(3). Nilai kuat tekan
minimum untuk produksi dapat di
sesuaikan berdasarkan
perbandingan kuat tekan yang di capai untuk serangkaian pengujian yang tidak
kurang dari 16 penguji kuat rancangan yang di setujui. Penyusuaian kuat tekan
minimum untuk pengendalian produk yang di berikan dalam tabel 5.3.2.(3) akan
mengikuti perintah atau persetujuan dari staff teknis.
Untuk kekuatan yang terjadi
pada 7 hari, sementara disyaratkan70% dari kuat tekan lapangan yang terjadi.
d) konsistensi untuk
perkerasan beton semen
Konsistensi beton harus di
tentukan dengan mengukur slump sesuai dengan SNI 1972 : 2008. Penyedia jasa
harus melakukan ujislump untuk setiap campuran beton dengan nilai slump 12 cm
+- 2 cm.
e) pengambilan benda uji
(sampling)
Sebelum Pengecoran
Penyedia Jasa harus
melakukan Tes Mix Design Beton untuk jenis-jenis material yang akan dipakai
untuk pengecoran ;
Sertifikat mix design
sebagai syarat ijin untuk pelaksanaan pengecoran di lapangan dan harus
diserahkan kepada pengawas dan Staff Teknis.
Pada saat Pengecoran
Satuan lot akan di
definisikan sebagai tiap 50 m.
Untuk setiap lot, satu
pasang (2 buah) benda uji kubus/ silinder harus di cetak untuk pengujian kuat
tekan,satu benda uji, di test kuat tekan pada umur 7 hari, satu benda uji di
test kuat tekan pada umur 28 hari.
Bila hasil pengujian kuat
tekanpertama (beton umur 7 hari) tidak mencapai 70 % dari kuat tekan yang
diisyaratkan. maka dilakukan pengambilan benda uji inti ( core ) di lapangan,
minimum 1 benda uji tiap lot, untuk dilakukan pengujian kuat tekan. Jika kuat
tekan benda uji inti (core) yang di peroleh ini mencapai kuat tekan yang
disyaratkan, maka produk beton ini dapat diterima untuk pembayaran.
Sertifikat tes kuat tekan
beton menjadi persyaratan pembayaran.
5.3 PERALATAN
1) Umum
Peralatan harus memenuhi
ketentuan spesifikasi ini. Penghamparan dapat dilakukan baik di gunakan dengan
menggunakan acuan tetap ( fixed form ).
2) kendaran pengangkut
(Truck Mixer Agitator)
Penghantar jenis agitator (
penggoyang bolak-balik ) atau pencampur harus mampu menuangkan beton dengan
konsistensi adukan yang di isyaratkan. Dengan kapasitas angkut minimal 5 ton.
3) Stamper
Stamper adalah alat mesin
yang dipergunakan untuk pemadatan tanah. Alat ini merupakan alat yang sangat
membantu untuk mempercepat proses pemadatan tanah timbun maupun pemadatan tanah
asli kohesif. Disamping sebagai alat untuk pemadatan untuk bangunan gedung alat
ini juga sering dipergunakan dalam pekerjaan pemadatan jalan , halaman dan juga
untuk pekerjaan pemadatan timbunan lainnya.
4) vibrator ( penggetar )
Vibrator, untuk menggetarkan
saluran lebar perkerasan beton, dapat berupa jenis “surface pan” atau jenis
“internal” dengan tabung celup ( immersed tube ) atau“multiple spuds”. Vibrator
dapat dipasang pada mesin penghampar atau mesin pembentuk, atau dapat juga
dipasang pada kendaraan (peralatan) khusus. Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan,
perlengkapan untuk memindahkan beban (lood trasfer devices), tanah dasar dan
acuan (form) samping.
5) Gergaji Beton
Bilamana sambungan yang di
bentuk dengan penggergajian (saw joints) disyaratkan, penyedia jasa harus
menyediakan peralatan gergaji dalam jumlah yang berkapasitas memadai dan mampu
menyelesaikan penggergajian ,atau dengan gerinda (abrasive wheel) sesuai ukuran
yang ditentukan. Penyedia jasa harus menyediakan paling sedikit 1 gergaji yang
siap pakai (standby). Sebuah gergaji cadangan harus di sediakan di tempat kerja
setiap saat selama operasi pengergajian. Penyedia jasa harus menyediakan
penerangan yang memadai untuk penggergajian di malam hari. Seluruh peralatan
ini harus berada ditempat kerja sebelum dan selama pekerjaan perkerasan beton.
6) Garu / Garpu
Untuk membuat alur (grooves)
pada permukaan jalan beton, diperlukan alat berupa garu / garpu yang dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan membuat alur beton sesuai dengan
ketentuan pada gambar rencana.
Sehingga didapatkan alur
yang rapih, rata dan tidak merusak permukaan jalan beton.
7) Acuan
Acuan samping yang lurus
harus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan harus
disediakan dalam ruas-ruas dengan panjang tidak kurang dari 3m. Acuan ini sekurang-kurangnya
mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan perkerasan jalan tanpa adanya
sambungan horisontal, dan lebar dasar acuan tidak kurang dari kedalamnya. Acuan
yang dapat disesuaikan (Fleksibel) atau lengkung dengan radiusyang sesuai harus
digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang. Acuan yang dapat
disesuaikan (Fleksibel) atau lengkung harus dirangcang sedemikian hingga dapat
diterima oleh staff teknis. Acuan harus dilengkapi dengan sarana yangmemadai
untuk keperluan pemasangan, sehingga bila telah terpasang acuan tersebut dapat
menahan, tanpa adanya lentingan atau penurunan, segala benturan dan getaran
dari alat pemadat dan pembentuk. Batang flens (flangebraces) harus dilebihkan
keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Acuan yang permukaan
atasnya miring,bengkok,terpuntir atau patah harus disingkirkan dari tempat
pekerjaan. Acuan bekas yang diperbaiki tidak boleh digunakan sebelum diperiksa
dan disetujui oleh direksipekerjan. Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih
dari 3 mm dalam 3 meter dan pada kaki tegaknya tidak boleh lebih dari 6 mm.
Acuan ini harus dilengkapi juga dengan pengunci ujung-ujung bagian yang
bersambungan.
5.4 SAMBUNGAN ( JOINTS)
sambungan susut melintang
(tranverse contraction joint)
sambungan ini terdiri dari
bidang yang diperlemah dengan membentuk dan membuat alur dengan pemotong pada
permukaan perkerasan, disamping itu bilamana dilanjutkan dalam gambar juga
harus mencakup perlengkapan untuk memindahkan beban (lood tranfer assembiles).
a) Sambungan susut lajur
melintang (transverse contraction joint)
Sambungan ini harus dibentuk
dengan memasang bagian lajur melintang (strip) sebagaimana di tunjukan gambar.
b) Alur yang di bentuk
(formed grooves)
Alur ini harus dibuat untuk
menekankan perlengkapan yang di setujui ke dalam beton yang masih plastis.
Perlengkapan tersebut harus tetap ditempat sekurang-kurangnya sampai beton
mencapai tahap pengesahan awal, dan kemudian harus dilepas tanpa merusak beton
didekatnya, kecuali bilamana perlengkapan tersebut memang merancang untuk tetap
terpasang pada sambungan.
c) Sambungan susut gergajian
(sawn contraction joint)
Sambungan ini harus dibentuk
dengan membuat alur dengan gergajian beton pada permukan perkerasan dengan
lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai dengan
yang ditunjukan dalam
gambar. Setelah setiap sambungan digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton
yang bersebelahan harus dibersihkan. Penggergajian untuk membentuk sambungan
harus dilakukan segera mungkin setelah beton cukup mengeras agar pengergajian
dapat dilakukan dengan hasil yang rapi tanpa menimbulkan keretakan, dan umumnya
tidak kurang dari 4 jam tetapi dalam segala hal tidak lebih dari 10 jam setelah
pemadatan akhir beton, diambilmana yang lebih pendek waktunya. Semua sambungan
harus dibentuk dengan pemotongan sebelum terjadi retak susut yang tidak
terkendali. Bila perlu, operasi penggergajian harus dilakukan siang dan malam
dalam cuaca apapun. Penggergajian untuk membentuk sambungan harus dilakukan
bilamana keretakan terjadi pada atau dekat lokasi gergajian pada saat sebelum
digergaji. Penggergajian untuk membentuk sambungan tidak boleh dilanjutkan
bilamana keretakan meluas didepan gergajian. bilamana terjadi kondisi estrim
sedimikian hingga tindaklah praktis untuk mencegah keretakan dengan
penggergajian yang lebih dini, alur sambungan kontraksi harus di buat sebelum
beton mencapai pengerasan bertahap. Awal sebagaimana di sebutkan diatas. Secara
umum, setiap sambunganharus dibentuk dengan penggergajian yang berurutan dan
teratur.
5.5 PELAKSANAAN
1) umum
Sebelum mulai pekerjaan
beton, semua pekerjaan lapis pondasi bawah dan yang berdekatan harus sudah
selesai atau disetujui pengawas / staff teknis.
Servis elevasi harus
dilakukan pada lapis pondasi bawah dan setiap lokasi yang lebih tinggi 5 mm
dari elevasi rancangan harus diperbaiki sebelum dilakukannya setiap pekerjaan
berikutnya.
2) acuan dan alat pengendali
elevasi
Acuan dan alat pengendali
elevasi (jenis kawat atau lainnya) harus dipasang secukupnya di muka bagian
pengerasan yang sedang dilakukan agar diperoleh kinerja dan persatuan atas
semua operasi yang sedang diperlukan pada atau berdekatan dengan garis garis
acuan. Acuan harus dipasang pada tempatnya dengan menggunakan
sekurang-kurangnya 3 paku untuk ruas sepanjang 3 m. Paku harus diletakkan pada
setiap ujung sambungan. Bagian bagian acuan harus kokoh dan tidak goyah.
Perbedan permukaan acuan dari garis yang sebenarnya tidak boleh lebih dari 5
mm. Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga tahan, tanpa terlihat adanya
lentingan atau penurunan, terhadap benturan dan tehadap benturan dan getaran
dari peralatan pemadat dan penyelesaian. Acuan harus bersih dan dilapisi
pelumas sebelum beton dihamparkan, ceceran beton yang tertumpah pada permukaan
beton yang telah selesai dihampar halus disingkirkan dengan cara yang
disetujui.
Alinyemen dan elevasi
kelandaian acuan harus di periksa dan bila perlu diperbaiki oleh penyedia jasa
segera sebelum beton dicor. Bilamana acuan berubah posisinya atau kelandaiannya
tidak stabil, maka harus diperbaiki dan diperiksa ulang.
Bagian atas acuan dan alat
pengendali elevasi harus dipasang dengan toleransi elevasi tidak melampaui -10
mm sampai + 10 mm relatif terhadap rancangan elevasi permukan yang telah
selesai. Lagipula, acuan dan alat pengendali elevasi harus dipasang sedemikian
hingga tidak ada satu titikpun pada ketebalan plat beton yang setelah pengecoran
dan pemadatan akan kurang dari tebal rancangan.
3) Pemasangan Plastik Cor
Sebelum pengecoran dimulai,
pada lapisan bawah dan samping sebelum cor beton dipasang plastik cor (lapisan
kedap air) sehingga Air semen tidak turun dan meresap kebawah.
4) pengecoran beton
Beton harus dicor dengan
ketebalan sedemikian rupa sehingga pekerjaan pemindahan sedapat mungkin
dihindari. Kecuali truck pencampur, truck pengaduk, atau alat angkutan lainya
yang dilengkapi dengan alat penumpah beton tanpa menimbulkan segregasi bahan ,
beton dihamparkan secara manual sedemikian rupa untuk mencegah segregasi.
Penghamparan harusdilakukan secara menerus diantara sambungan melintang tanpa
sekatan sementara. penghamparan secaramanual harus dilakukan dengan memakai
sekop bukan perlengkapan perata (rakes) pekerja tidak boleh menginjak hamparan
beton yang masih baru dengan memakai sepatu yang dilekati oleh tanah maupun
kotoran lainya.
Beton harus di padatkan
merata pada tepi dan sepanjang acuan, sepanjang dan pada kedua sisi setiap
sambungan, dengan menggunakan vibrator yang dimasukan kedalam beton. Vibrator
tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi acuan. Vibrator
tidak boleh digunakan lebih dari 5 detik pada setiap tempat.
Cairan beton yang tertumpah
pada permukaan beton yang telah selesai dihampar harus disingkirkan dengan cara
yang disetujui.
5) penyelesain dengan tangan
Bila perkerasan beton
relatif kecil atau bentuknya tidak beraturan, atau dengan persetujuan staff
teknis jika tempat kerja sangat terbatas untuk dilaksanakan dengan metode yang
disyaratkan, beton harus didistribusikan dan dihampar dengan tangan tanpa
segregasi atau prapemadatan.
Penghamparan perkerasan
beton bertulang harus di laksanakan dalam dua lapis, lapispertama harus di
hamparkan, dibentuk dan dipadatkan sampai level tertentu sehinggabaja tulangan
setelah terpasang mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera setelahpemasangan
baja tulangan maka lapis atas beton harus dituangkan dan diselesaikan.
6) Penyetrikaan Permukaan
Beton
Beton yang diratakan dengan
alat perata (penyetrika) beton manual harus dilaksanakan minimal 2 kali
lintasan.
7) memperbaiki permukaan
Setelah penyetrikaan selesai
dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih plastis, bagian yang ambles
harus segera diisi dengan beton baru, dibentuk, dipadatkan dan diselesaikan
(finishing) lagi. Lokasi yang memonjol harus di potong dandiselesaikan (finishing)
lagi. Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahwapermukaan
sambungan memenuhi kerataan yang disyaratkan. Perbaikan permukaan harus
dilanjutkan sampai seluruh permukaan didapati bebas dari perbedaan tinggi pada
permukaaan dan perkerasan beton memenuhi kelandaian dan penampang melintang
yang diperlukan. Perbedaan tinggal permukaan menurut pengujian mistar lurus
(strainghtedge) tidak boleh melebihi toleransi yang disyaratkan.
8) membentuk tepian
Segera setelah beton di
bentuk dan dipadatkan, tepi perkerasan beton di samping acuan dan pada
sambungan harus di selesaikan dengan perkerasan (edging tool) untuk membentuk
permukaan seperempat lingkaran yang halus dengan radius tertentu, bilamana
tidak ditentukan lain pada gambar, adalah 12 mm.
9) penyelesaian pekerjaan
Setelah sambungan dan tepian
selesai dikerjakan, dan sebelum bahan perawatan pada permukaan beton digunakan,
permukaan beton harus dikasar dengan disikat tegak lurus dengan garis sumbu
(centreline) jalan. Jarak dan dimensi alur sesuai dengan gambar rencana.
10) perawatan ( curing )
Permukaan perkerasan beton
semen yang terekspos harus segera dirawati dengan penyemprotan air segera
setelah permukaan tersebut selesai dikasarkan dengan sikat sesuai dengan
kondisi berikut ini :
Bahan perawatan dapat berupa
geotextile , karung kain (ghoni) , lapisan tanah lempung atau potongan
rumput/padi dan di semprotkan air dengan merata dalam 2 kali penyemprotan
i) Pertama tama dalam waktu
15 menit setelah kondisi air permukaan “tidak begitu mengkilap “, dan
ii) Yang ke dua 10 sampai 30
menit setelah itu atau sebagaimana di sarankan pengawas / staff teknis.
iii) Penyemprotan dilakukan
sekurang-kurangnya selama 7 hari setelah pengecoran.
Sebagai tambahan, apabila
melakukan penghamparan pada segmen baru baik arah melintang atau arah
memanjang, maka pada perkerasan beton yang telah di cor sebelumnya dalam umur
kurang dari 7 hari harus di lakukan penyemprotan ulang minimum 2 m pada sisi
yang bersebelahan baik melintang atau memanjang, dan dapat diperluas pada
lokasi yang sering di lalui orang selama pengecoran.
13.
Lapis Pondasi Agregat Kelas A
untuk Pekerjaan Minor
Pelaksanaan pekerjaan ini menggunakan alat
( secara mekanik ) yaitu : Wheel Loadermencampur & memuat Agregat ke dalam
Dump Truck di Base Camp Dump Truckmengangkut Agregat ke lokasi pekerjaan dan
dihampar secara manual Hamparan Agregatdibasahi dengan Water Tank Truck sebelum
dipadatkan dengan Pedestrian Roller, Sekelompok pekerja membuat galian lubang/patching, merapikan tepi hamparan
dan level permukaan dengan menggunakan Alat Bantu. Pekerjaan ini menggunakan
material LapisPondasi Agregat Kelas A.
LINGKUP PEKERJAAN, Pekerjaan ini meliputi pengadaan,
pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat bergradasi
diatas permukaan yang telah disiapkan.
14. Campuran
Aspal Panas Untuk Pekerjaan Minor
Pencampuran
dilakukan dengan Asphal Mixing Plant, diangkut dengan dump truck dandihampar
dengan asphal finisher, dipadatkan dengan tandem Roller dan Pneumatic
TyreRoller. serta dirapikan oleh pekerja dengan alat bantu. Dilaksanakan sesuai
denganrencana.
LINGKUP
PEKERJAAN, Pekerjaan ini mencakup
pengadaan lapisan padat yang awet untuk lapis perata, lapis pondasi atau
lapis campuran aspal yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang
dicampurdi AMP, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut diatas
pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan.
PENYIAPAN
TANAH DASAR DAN LAPIS PONDASI BAWAH
Persyaratan tanah dasar untuk perkerasan kaku sama
dengan persyaratan tanah dasar untuk perkerasan lentur, baik mengenai daya
dukung, kepadatan maupun kerataannya.
Lapis pondasi bawah untuk perkerasan kaku dapat
berupa lean concrete (beton kurus), atau bahan berbutir yang bisa berupa
agregat atau lapisan pasir (sand bedding). Lapis pondasi bawah tidak
dimaksudkan untuk ikut menahan beban lalu lintas, tetapi lebih berfungsi
sebagai lantai kerja dan sebagai fasilitas drainase agar air dapat bebas
bergerak di bawah plat beton tanpa mengerosi butir-butir tanah yang membentuk
tanah dasar. Oleh karena itu biasanya lapis pondasi bawah dari bahan berbutir
harus memenuhi persyaratan sebagai filter material.
Persiapan penting yang harus dilakukan sebelum
penghamparan plat beton meliputi berbagai hal seperti membentuk, membuat
penyesuaian-penyesuaian seperlunya pada permukaan tanah dasar atau lapis
pondasi bawah, dan bila perlu, menambahkan air dan memadatkan kembali permukaan
disesuaikan dengan alinyemen dan potongan melintang seperti ditunjukkan dalam
Gambar Rencana. Pembentukan permukaan secara teliti sangat penting bagi
pelaksanaan ditinjau dari segi jumlah beton yang diperlukan untuk menyelesaikan
pekerjaan.
Bila digunakan metode dengan acuan tetap (fixed
form) dianjurkan agar lapis pondasi bawah dibuat paling sedikit 30 cm lebih
lebar dari pada lebar plat beton yang akan dicor, pada masing-masing sisi
memanjang hamparan, yang akan berguna sebagai landasan acuan tetap. Bila
digunakan metode dengan acuan gelincir (slip form) hal tersebut tidak
diperlukan, karena biasanya alat penghampar sudah dilengkapi peralatan otomatis
untuk mengatur ketinggian penghamparan sesuai dengan yang direncanakan (string
control).
Bagian-bagian permukaan yang menonjol harus dikupas.
Bagian-bagian, yang rendah harus diisi dan dipadatkan sesuai dengan persyaratan
kepadatan. Bila alat pengupas dilengkapi dengan sistem pengatur ketinggian
otomatis, maka alat tersebut dapat langsung dioperasikan di atas permukaan yang
akan dibentuk.
1. Persyaratan
dan Pemeriksaan Bentuk Akhir
Sebelum
dilakukan penghamparan beton, tanah dasar atau lapisan pondasi bawah diperiksa
kepadatan dan bentuk penampang melintangnya.
Permukaan
lapisan yang akan dicor beton harus senantiasa bebas dari benda-benda asing,
sisa-sisa beton, dan kotoran-kotoran lainnya.
2. Pemasangan
Membran Kedap Air
Membran
kedap air harus terdiri dari lembaran plastik yang kedap air setebal 125 micron
yang berguna agar air semen dari plat beton yang dicor tidak meresap ke dalam
lapisan di bawahnya, dan juga untuk mencegah adanya ikatan antara plat beton
dengan lapis pondasi bawah yang akan mengakibatkan terjadinya retak-retak pada
plat beton setelah terjadinya penyusutan pada waktu pengerasan beton.
Membran
kedap air tersebut dipasang di atas permukaan lapis pondasi bawah yang telah
siap. Lembar-lembar yang berdampingan dipasang overlap,
dengan lebar tumpang-tindih tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah memanjang.
dengan lebar tumpang-tindih tidak kurang dari 10 cm pada arah lebar dan 30 cm pada arah memanjang.
Pemasangan
lembar kedap air harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah sobeknya
lembar-lembar tersebut, dan harus dipaku ke permukaan lapis pondasi bawah agar
tidak mudah tergulung akibat tiupan angin.
3. ACUAN
Persyaratan
Acuan
(bekisting / form) yang digunakan harus cukup kuat untuk menahan beban-beban
selama pelaksanaan. Kekuatan acuan yang terbuat dari baja lurus, harus diuji,
dan harus memenuhi persyaratan bahwa acuan harus tidak melendut lebih besar
dari 6,4 mm (1/4 inch) bila diuji sebagai balok biasa dengan bentang 3 m (10
ft) dan beban yang sama dengan berat mesin penghampar atau peralatan
pelaksanaan lainnya yang mungkin akan bergerak di atasnya.
Tebal
baja yang biasanya digunakan adalah 6,4 mm (1/4 inch) dan 8 mm (5/16 inch).
Bila acuan harus mendukung alat penghampar beton yang berat, ketebalannya tidak
boleh kurang dari 8 mm (5/16 inch). Dianjurkan agar acuan mempunyai tinggi yang
sama dengan tebal rencana pelat beton dan lebar dasar acuan sama dengan 0,75
kali tebal pelat beton tapi kurang dari 200 mm (8 inch).
Acuan
harus dipasang sedemikian rupa sehingga cukup kokoh, tidak melentur atau turun
akibat tumbukan dan getaran alat penghampar dan alat pemadat. Lebar flens
penguat yang dipasang pada dasar acuan harus menonjol keluar dari acuan tidak
kurang dari 2/3 tinggi acuan.
Dalam
pemeriksaan kelurusan dan kerataan acuan variasi kerataan bidang atas acuan
tidak boleh lebih dari 0,32 cm (1/8 inch) untuk setiap 3 m (10 ft) panjang dan
kerataan bidang dalam acuan tidak boleh lebih dari 0,64 cm (1/4 inch) untuk
setiap 3 m (10 ft) panjang.
Ujung-ujung
acuan yang berdampingan harus mempunyai sistem penguncian untuk menyambung dan
mengikat erat acuan-acuan tersebut. Pada lengkungan dengan jari-jari kecil
dianjurkan untuk menggunakan acuan yang dapat dibengkokkan (flexible form) atau
acuan melengkung.
Untuk
pekerjaan-pekerjaan yang relatif kecil, yang bersifat padat karya, maka acuan
dari kayu dapat digunakan, untuk alat perata dapat menggunakan vibrator perata
biasa (besi profil yang dilengkapi mesin penggetar dan ditarik tenaga manusia).
Kayu untuk keperluan ini dibuat dari kayu yang cukup kuat dengan baja siku
dipasang di atasnya, dengan angkur pemegang setiap 0,5 meter.
Pemasangan
Acuan
Pemasangan
acuan baja maupun kayu pada prinsipnya harus mengikuti ketentuan-ketentuan di
bawah ini.
Pondasi
acuan harus dipadatkan dan dibentuk sesuai dengan alinyemen dan ketinggian
jalan yang bersangkutan sehingga acuan yang dipasang dapat disangga secara
seragam pada seluruh panjangnya dan terletak pada elevasi yang benar.
Pembuatan
galian untuk meletakkan acuan pada ketinggian yang tepat, sebaiknva dilakukan,
dengan cara mengupas / mengeruk. Bekas galian di kiri dan kanan pondasi acuan,
harus diisi dan dipadatkan kembali. Alinyemen acuan baru harus diperiksa dan
bila perlu diperbaiki memanjang penghamparan beton.
Bila
terdapat acuan yang rusak atau sesudah perbaikan pondasi yang tidak stabil,
acuan harus disetel kembali. Acuan harus dipasang cukup jauh di depan tempat
penghamparan beton sehingga memungkinkan pemeriksaan dan perbaikan acuan tanpa
mengganggu kelancaran penghamparan beton.
Acuan
dipasang pada posisi yang benar, dan tanah dasar atau lapis pondasi bawah pada
kedua sisi luar dan dalam harus dipadatkan dengan baik menggunakan alat pemadat
mesin atau manual. Acuan harus disangga pada tempatnya, paling sedikit setiap 3
m (10 ft).
BAB. IV. PEKERJAAN PENUNJANG
Pekerjaan
penunjang adalah pekerjaan-pekerjaan yang mempengaruhi kelancaran dalam
pelaksanaan pekerjaan tersebut. Termasuk pengaturan rambu lalu lintas,
antisipasi cuaca, jembatan sementara (apabila diperlukan).
1.
Pengaturan
Rambu Lalu-lintas.
Demi
kelancaran dan keamanan serta kenyamanan bagi pengguna jalan maka untuk itu
kami akan buat rambu-rambu lalu-lintas yang akan di pasang pada minimal 200m’
sebelum dan sesudah lokasi pekerjaan, dan sepanjang lokasi pekerjaan.
Demi
kelancaran pekerjaan dan kelancaran arus lalu lintas kami juga akan
melaksanakan penutupan dengan sistim penutupan setengah lajur jalan/setengah
badan jalan dan apabila sangat mendesak, maka akan kami gunakan dengan sistim
buka-tutp jalur yang akan dijaga oleh penjaga rambu pada awal dan akhir
pekerjaan dengan dilengkapi alat komunikasi dan lampu penerangan serta lampu
rambu yang memadai. Apabila diperlukan kami akan meminta bantuan satlantas
dalam pengaturan arus lalu-lintas.
2.
Penempatan
Material.
Dalam
hal penempatan materil pada lokasi pekerjaan, diusahakan untuk penempatan
material dilakukan ditepi/bahu jalan (tidak mengganggu badan jalan). Apabila
tidak ada lokasi / sampai mengganggu pengguna jalan maka akan kami pasang
rambu.
Dan
dalam droping material kami usahakan kalu material tersebut akan segera
digunakan, sehingga diusahan material yang dating sekali habis. Agar tidak
mengganggu pengguna jalan.
3.
Penerangan.
Apabila
dilaksanakan pekerjaan pada malam hari maka kami akan menyediakan penerangan
yang cukup dengan mengadakan alat genset, serta lampu-lampu yang terang
sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan sesaui dengan spek.
Untuk
kelancaran lalu-lintas penerangan juga kami pasang pada awal dan akhir
pekerjaan dan pada beberapa sepanjang lokasi pekerjaan sehingga pengguna jalan
dapat melihat bahwa di daerah tersebut sedang ada pekerjaan jalan.
4.
Antisipasi
Cuaca.
Untuk
antisipasi cuaca, pada setiap dump truck kami lengkapi dengan terpal, sehingga
apabila pada saat bermuatan terjadi hujan material langsung ditutup dengan
terpal. Dan pada saat dump truck bermuatan hotmix, maka bak dump truck selalu
ditutup terpal agar suhu tetap terjaga.
Selain
terpal kami juga menyediakan plastik untuk penutupan agregat apabila sebelum
tergelar padat sudah terjadi hujan.
Mengingat jarak antara
AMP dengan lokasi pekerjaan tidak begitu jauh, maka terutama pada saat
penggelaran hotmix kami akan selalu berkomunikasi tentang cuaca di lapangan dan
di AMP/Base Camp.
BAB. V. PENCAPAIAN INDIKATOR KERJA
a). Metode pengopersian
pemeliharaan perbulan.
Dalam pengopersian
pemeliharaan kami pantau selalu melalu penempatan personil inti dan penempatan
peralatan utama untuk masa pemeliharaan. Dan apabila ditemukan kerusakan pada
hasil pekerjaan maka kami akan segera memperbaikinya.
Tingkat Layanan Jalan
yang ditentukan berdasarkan indikator kinerja jalan dan batas waktu tanggap
penanganan sesuai Kelas Jalan dihitung sejak diterimanya surat peringatan/pemberitahuan
dari PPK atau Direksi Teknis sesuai tabel dibawah ini:
b. Pengelolaan peralatan
perbulan.
Peralatan yang kami
sediakan adalah peralatan milik sendiri dan sewa jangka panjang (sampai masa
pemelliharaan berakhir. Dan peralatan tersebut kami letakkan di lokasi
pekerjaan dan kami rawat setiap saat sehingga apabila sewaktu-waktu diperlukan
bisa dimanfaatkan dengan baik.
c. Penempatan personil
perbulan.
Untuk peronil yang kami
gunakan adalah personil tetap dan personil free line ttetapi sampai dengan
serah terima kedua, sehingga untuk personil tersebut apabila belum selesai
pekerjaannya masih bertanggung jawab atas hasil pekerjaan tersebut. dan personil
sebelum masa waktu pemeliharaan selesai di tempatkan dilokasi pekerjaan.
BAB. VI. PENUTUP
Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangit)adalah
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Pokja 6 ULP Provinsi Utara
Target panjang Pemeliharaan Berkala Jalan Ngawu-awu-Silangit (Kab. Silangit)ini
sekitar 2700 m’ / 2,7
KM dan lokasi berada di kabupaten Silangit, Provinsi Utara. Jangka waktu
pelaksanaan pada pekerjaan ini adalah selama 180 (Seratus Delapan Puluh) hari kalender dan jangka waktu
pemeliharaan selama 360 (Tiga Ratus Enam Puluh) hari kalender.
Pekerjaan Penunjang untuk
pekerjaan ini antara lain : Pengaturan lalu-lintas, Penempatan material,
Penerangan, dan antisipasi cuaca.
Pencapaian indicator
kerja dengan cara kami control/survey dan penempatan personil inti serta
peralatan untuk pemeliharaan, agar apabila terdapat kerusakan bisa
langsung/segera diatasi.
Demikian Metode
pelaksanaan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya untuk
kelancaran paket pekerjaan tersebut.
top.... simple dan mengena... ujin sedot buat referensi gan
BalasHapusmonggo.. indahnya berbagi
HapusKok gak bisa copy :(
BalasHapus